KOMPAS.com - Indonesia sebetulnya menempati posisi 10 besar sebagai negara penghasil cokelat terbesar di dunia.
Namun, bicara soal cokelat di pasaran, mungkin banyak dari kita yang lebih sering mengonsumsi cokelat dari produsen luar negeri.
Padahal, seperti kopi, cokelat juga memiliki ciri khas rasa yang berbeda di setiap daerah.
"Sama seperti kopi single origin. Cokelat juga punya. Kopi kan sekarang sedang naik, cokelat membuntuti dari belakang."
Begitu kata Pendiri Pipiltin Cocoa, Tissa Aunilla di Alun-Alun Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Baca juga: Benarkah Cokelat Hitam Bisa Menurunkan Risiko Depresi?
Salah satu cokelat yang memiliki rasa unik adalah cokelat dari Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat.
Pada kesempatan tersebut, Pipiltin juga memperkenalkan varian cokelat terbarunya, Ransiki 72%.
Ransiki 72% merupakan kolaborasi kemitraan Pemprov Papua Barat, Pemda Kabupaten Manokwari Selatan, Pipiltin Cocoa, Koperasi Petani Cokran "Eiber Suth", dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH).
Nah, apa sebetulnya yang unik dari cokelat asal Ransiki ini?
Menurut Tissa, cokelat Ransiki mempunyai rasa yang tak hanya unik tapi juga enak dan gurih.
Ketika mencicipi cokelat tersebut, kira akan menemukan rasa umami alias merangsang seluruh reseptor rasa di lidah.
"Rasanya sangat unik. creamy, nutty, ada earthy flavor. Umami. Jadi gurih padahal tidak ada tambahan apa pun di dalamnya," kata dia.
Rasa creamy yang dihasilkan oleh cokelat Ransiki memberi kesan seolah ditambah dengan susu. Padahal, tidak ada penambahan susu ke dalam Ransiki 72%.
Baca juga: Yang Terjadi pada Tubuh saat Makan Cokelat
Meski konsentrasi Ransiki tersebut mencapai 72 persen, namun cokelat tersebut sama sekali tidak terasa pahit. Sebab, cokelat Ransiki memiliki rasa yang tidak terlalu asam.
"Cokelat yang baik tidak harus pahit, ya. Justru cokelat yang baik adalah yang tidak pahit tapi layers of flavor-nya keluar," ucap dia.