BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Gree

Penting, Udara dalam Ruangan Harus Bersih Selama Pandemi

Kompas.com - 05/05/2020, 07:03 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumandangkan virus corona (Covid-19) sebagai pandemi global setelah kasusnya mencapai lebih dari 121.000.

Melansir Kompas.com, Kamis (19/3/2020), Dr. Maria van Kerkhove, Head of Emerging Diseasea and Zoonosis Unit WHO mengingatkan adanya paparan risiko corona melalui udara.

Terkait peringatan itu, spesialis penyakit menular dan dokter di Phoenix, Arizona, Natasha Bhuyan MD mengatakan, secara umum patogen dianggap dapat menyebar di udara melalui pertikel yang lebih kecil.

Lama persisnya partikel virus di udara sebelum akhirnya menghilang bergantung pula pada berbagai faktor, di antaranya yaitu suhu dan kelembaban udara.

Baca juga: Ciptakan Udara Bersih Demi Menjaga Kesehatan Anak

Sementara itu, bila melihat Covid-19 secara spesifik, saat orang yang terinfeksi penyakit tersebut batuk atau bersin, droplet (percikan cairan) akan keluar dari hidung dan mulut.

Dalam sebuah studi terbitan New England Journal of Medicine (April 2020), para peneliti menemukan virus corona yang keluar melalui droplet tetap stabil dalam bentuk aerosol selama tiga jam.

Aerosol adalah partikel padat atau cair yang tertahan di partikel gas seperti udara.
Hingga kini penelitian tentang bagaimana Covid-19 menyebar (termasuk melalui udara) terus dilakukan para ahli.

Oleh sebab itu, perlu langkah untuk menjaga sirkulasi udara tetap mengalir. Hal itu penting dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona di suatu tempat, termasuk ruangan dalam rumah di mana setiap anggota keluarga berinteraksi.

Baca juga: Waspada Bahaya Polutan Udara di Dalam Ruangan

Ciptakan udara bersih dalam ruangan

Selama pandemi, pemerintah Indonesia menegakkan aturan agar masyarakat melakukan physical distancing (jarak fisik) untuk meminimalisir penularan Covid-19.

Hal tersebut juga dibarengi imbauan agar warga beraktivitas di dalam rumah, baik itu bekerja, belajar, ibadah serta belanja kebutuhan rumah tangga.

Asal tahu saja, saat beraktivitas dalam ruangan tertutup yang berventilasi buruk, risiko penularan lewat cipratan mikroskopik justru bertambah tinggi.

Agar anggota keluarga yang beraktivitas di dalam rumah tetap sehat, udara bersih dalam ruangan perlu dijaga dari potensi partikel mikroskopik yang keluar melalui batuk maupun bersin.

Baca juga: Live Instagram: Membangun Mental yang Sehat di Tengah Pandemi Corona

Dalam tayangan NHK World Report, Profesor Masashi Yamakawa dari Kyoto Institute of Technology mengatakan, dalam ruangan tertutup, pergerakan udara bisa dikatakan minim.

”Dalam ruangan tertutup, pergerakan udara bisa dikatakan minim, sehingga dalam waktu yang lama mikropartikel tidak bisa bergerak kemana-mana, jadi tetap berada di dalam ruangan,” ujar Yamakawa.

Meski demikian, menurut Yamakawa ada langkah-langkah yang dapat diantisipasi untuk menekan pergerakan cipratan mikroskopik.

Untuk hasil yang efektif, buka jendela rumah lebar-lebar untuk mengganti udara. Saat membuka jendela dengan lebar, cipratan mikroskopik yang ringan dan berukuran kecil akan mengalir keluar.

Baca juga: Kenapa Sering Alami Mimpi Aneh di Masa Pandemi Corona?

Guru besar Toho University Profesor Kazuhiro Tateda juga mengingatkan untuk melakukan hal tersebut setidaknya satu jam sekali.

“Sangatlah penting untuk sedapat mungkin membuka dua bukaan jendela agar udara dapat mengalir di antaranya. Setidaknya lakukan sejam sekali agar dapat mengalirkan udara dan meringankan kemungkinan terjadinya resiko penularan ruangan tertutup,” jelas Kazuhiro.

Selain itu, untuk memastikan sirkulasi udara tetap terjaga, membersihkan tempat-tempat tertentu seperti gordyn dan ventilasi juga perlu dilakukan.

Dengan begitu, pasokan udara bersih dalam rumah terus mengalir tanpa ada partikel polutan berbahaya, termasuk patogen virus dan bakteri.

Baca juga: Bus Listrik dan Harapan Udara Bersih Jakarta

Lalu, cara apalagi yang harus diperhatikan agar kualitas udara dalam ruangan tetap terjaga?
Ada metode disinfeksi udara yang tersedia saat ini, namun metode-metode tersebut memiliki beberapa keterbatasan.

Ultraviolet (UV) dan ozone misalnya, adalah metode disinfeksi yang memerlukan waktu cukup lama sehingga dinilai kurang efisien.

Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (2/4/2020), sebuah perguruan tinggi di Thailand diketahui menerapkan disinfeksi dengan membangun terowongan UV.

Secara teknis, mahasiswa yang melalui terowongan UV tersebut tubuhnya terdisinfeksi oleh paparan UV.

Baca juga: Tanaman Anti Polutan, Sudahkah Cukup untuk Jaga Kualitas Udara di Kantor?

Namun faktanya hal tersebut dinilai tak cocok terhadap lingkungan. Dampak buruknya terhadap tubuh manusia juga menjadi pertimbangan.

Selain itu, disinfeksi menggunakan teknologi pemurnian ion negatif tingkat pembunuhannya terhadap virus dan bakteri rendah. Zat aktif yang dihasilkan ion negatif pun sangat terbatas.

Tak cuma itu, dalam penerapannya masih dibutuhkan beberapa siklus untuk membunuh virus dengan tingkat efektivitas rendah.

Pilihan lainnya, dokter ahli paru Tiongkok Zhong Nanshan menyarankan disinfeksi udara menggunakan sterilisasi plasma yang dinilai mampu menghancurkan protein pada virus.

Baca juga: Sadar Bahaya Polusi Udara di Ruangan, Mahasiswa Ini Ciptakan Papan Penyerap Polutan

Pada virus corona, para peneliti menemukan bahwa protein (spike glycoprotein) yang terdapat pada permukaan selubungnya memainkan peran kunci dalam identifikasi dan invasi.

Kini, sterilisasi plasma dengan teknologi CEP tersebut telah dipatenkan dalam perangkat penjernih udara (air purifier).

Salah satu produk yang menanamkan teknologi tersebut adalah Gree GCC400DENA.

Dengan teknologi tersebut, penjernih udara tidak hanya mampu menyerap atau menguraikan polutan, tetapi juga memblokir serta membunuh virus corona di udara.

Agar anggota keluarga yang beraktivitas di dalam rumah tetap sehat, udara bersih dalam ruangan perlu dijaga dari potensi partikel mikroskopik yang keluar melalui batuk maupun bersin. Dok. Istimewa Agar anggota keluarga yang beraktivitas di dalam rumah tetap sehat, udara bersih dalam ruangan perlu dijaga dari potensi partikel mikroskopik yang keluar melalui batuk maupun bersin.

Baca juga: Pohon yang Ditebang demi Trotoar Cikini akan Diganti Pohon Penyerap Polutan

Hasil laporan sterilisasi plasma oleh Analyzing and Testing Center of Guangzhou Institute of Chemistry menyebutkan, tingkat sterilisasi bakteri alami di udara oleh CEP plasma mencapai 99,7 persen. Sedangkan tingkat sterilisasi Staphylococcus Albus mencapai 99,9 persen.

Di Kota Wuhan, China, penjernih udara tersebut diujikan di ruang CT Wuhan Jinyintan Hospital.
Setelah perangkat tersebut bekerja selama satu jam, kandungan asam nukleat dari virus corona (nilai CT 39) secara signifikan lebih rendah daripada sebelum pemurnian (CT36.4).

Hasilnya, tingkat pembunuhan virus corona di udara lebih dari 90 persen dan berkurang setidaknya 10 kali.

Itu menunjukkan bahwa pembersih pada penjernih udara tersebut memiliki efek membunuh yang signifikan pada virus corona di udara.

Baca juga: Waspada Bahaya Polutan Udara di Dalam Ruangan

Dengan demikian, teknologi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk menciptakan udara dalam ruangan yang lebih bersih.

Dampak baiknya, anggota keluarga semakin terproteksi dari berbagai risiko penyakit akibat virus corona maupun bakteri.

 

 


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com