Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Bernama Harry Potter Jual Edisi Langka Harry Potter and The Philosopher's Stone

Kompas.com, 19 Oktober 2021, 11:44 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com - Edisi pertama dari Harry Potter and The Philosopher's Stone belum lama ini laku terjual dengan harga 27.500 pound Inggris atau setara dengan Rp533 juta.

Buku hard cover tersebut merupakan satu dari 500 eksempar cetakan pertama yang dirilis ke publik. Masih ada sejumlah kesalahan cetak di buku tersebut termasuk kata "tongkat" yang muncul dua kali di halaman 53 dan "Philosopher's" salah eja di sampul belakang.

Uniknya, buku yang tergolong langka itu dijual di pelelangan oleh seseorang yang juga bernama Harry Potter, pria berusia 33 tahun asal Waterlooville, Hampshire, Inggris.

Ia menjual novel langka tersebut demi menghormati mendiang ayahnya, David James Potter yang meninggal karena kanker tahun 2017 lalu. Harry berniat menggunakan uang tersebut untuk membawa abu kremasi ayahnya ke Kenya, Afrika seperti keinginan terakhirnya.

Bukan suatu kebetulan apabila novel edisi terbatas itu juga merupakan pemberian dari ayahnya ketika Harry masih berusia delapan tahun pada 1997 lalu.

Baca juga: Daniel Radcliffe Kembali Jadi Harry Potter Selama Karantina

Ayahnya sengaja membeli novel karya JK Rowling itu karena menyadari kesamaan nama yang menyenangkan antara tokoh penyihir dan putranya kala itu.

Kakak perempuan Harry, Katie Sign mengenang momen ketika ayahnya pertama kali membawa novel tersebut pulang ke rumah dengan gembira.

"Saya ingat Ayah menerobos pintu depan setelah bekerja mengacungkan buku, menyatakan 'Anda tidak akan pernah percaya apa yang saya dapatkan! "Sekilas kami bingung. Apakah ada yang menulis buku untuk Harry?'' ujarnya, dikutip dari BBC.

Menurutnya, keluarganya mulai membaca novel Harry Potter karena kebaruan dan kesamaan nama yang kebetulan itu.

Namun mereka mulai menjadi penggemar franchise itu karena keajaiban ceritanya yang sukses menghipnotis selama tahun-tahun berikutnya.

Sering disangka berbohong karena namanya

Kesamaan nama dengan salah satu tokoh fiksi paling terkenal di dunia ternyata tidak selalu menyenangkan bagi Harry Potter. Sepanjang hidupnya, ia kerap disangka berbohong atau bersikap tidak serius ketika memperkenalkan diri.

"Orang-orang tidak mempercayai saya. Mereka mengira itu dibuat-buat," katanya.

Baca juga: Burung Hantu Harry Potter dalam Koleksi Baru Lego

Ketika masih menjadi pemain sepabola universitas, ia pernah diancam wasit dengan kartu merah karena mengaku bernama Harry Potter. Demikian pula ketika ia berjumpa istrinya, Philipa pertama kali di Yunani beberapa tahun silam.

Namanya juga membuatnya sulit mengajukan keluhan karena disangka tidak serius atau sekedar bercanda.

“Ketika Anda menelepon seseorang dan mereka menanyakan nama Anda, mereka biasanya tertawa terbahak-bahak atau mengatakan 'Anda bercanda'. Itu membuat kondisi agak sulit ketika ingin mengajukan komplain," jelas Harry.

“Kami pikir sekarang saatnya menggunakan uang itu untuk memberi manfaat bagi keluarga kami dan melakukan sesuatu yang diinginkan ayah," katanya soal niatan menjual novel seri perdana itu.

Baca juga: JK Rowling Bikin Situs Harry Potter Baru untuk Usir Kebosanan karena Corona

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau