Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Keharusan mengenalkan pendidikan seks pada anak, nyatanya masih menuai pro-kontra. Sebagian orangtua menganggap bahwa pendidikan seks sangat penting diajarkan sejak dini.
Ada pula yang menganggap nantinya anak akan tahu dengan sendirinya. Akan tetapi, maraknya kasus pelecehan pada anak belakangan ini seharusnya membuat orangtua sadar bahwa pendidikan seks sangatlah penting.
Anak harus diajarkan untuk memahami bahwa tubuhnya adalah miliknya sendiri. Oleh karena itu, ia harus menjaga dengan tidak mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya.
Selain itu, hal ini juga merupakan salah satu cara agar anak-anak sadar dan peduli mengenai kesehatan seksual mereka.
Hal ini juga dibahas oleh Fandhi Gautama dan co-founder AyahAsi, Rahmat Hidayat, bersama siniar Obrolan Meja Makan dalam episode berjudul “Pendidikan Seks Sejak Dini, Penting Enggak Sih?”.
Menurutnya, usaha orangtua memberikan pendidikan seks sejak dini—atau yang biasanya lebih nyaman disebut pendidikan kesehatan reproduksi—sangat baik dilakukan, dibandingkan membuat anak mempelajarinya sendiri.
Nyatanya, akibat rasa penasaran, informasi mengenai seks banyak didapatkan anak melalui media cetak dan elektronik saat dirinya beranjak remaja. Untuk menghindari kekeliruan pemahaman, ada baiknya pendidikan seks memang dimulai dari orangtua.
“Yang diajarkan itu bukan cuma soal kebutuhan seksnya tetapi juga soal kesehatan reproduksinya karena itu yang harus dijaga. Nah kesehatan reproduksi itu nanti hubungannya banyak, ada aktivitas seksual, ada perasaannya, dan sebagainya, yang sering kali jarang banget diajarkan ke anak-anak secara terang-terangan,” ujar Rahmat.
Baca juga: Cara yang Tepat Mengatasi Night Terror pada Anak
Banyak orangtua yang masih berpikir jika pendidikan reproduksi ini diajarkan, anak malah akan memiliki rasa penasaran untuk mencobanya. Hal ini dikhawatirkan berpotensi membuat anak melakukan seks bebas.
Padahal, usaha ini dilakukan agar anak lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan tubuhnya.
Selain itu, anak juga perlu mengetahui hubungan atau perbedaan antara perempuan dan laki-laki, serta memahami konsekuensi saat nantinya mulai aktif secara seksual.
Hal ini dapat membantunya mengenai bagaimana ia harus menyikapi, memilih, dan bertanggung jawab atas perbuatannya karena anak sudah memiliki pemahaman soal seks bebas, kehamilan, hingga penyakit kelamin.
Jika pendidikan seksual luput dari perhatian orangtua, menurut Rahmat, anak malah akan banyak bertanya ke temannya. Padahal, temannya juga tidak memiliki kapabilitas yang cukup untuk menjelaskan.
Pemahaman lainnya ditemukan anak melalui pencarian di internet. Ada banyak sekali informasi mengenai seksualitas. Padahal anak belum memiliki kemampuan menganalisis atau menyaring informasi dengan bijak.