Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Seberapa Penting Pendidikan Seks untuk Anak?

Kompas.com - 08/04/2022, 16:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Keharusan mengenalkan pendidikan seks pada anak, nyatanya masih menuai pro-kontra. Sebagian orangtua menganggap bahwa pendidikan seks sangat penting diajarkan sejak dini.

Ada pula yang menganggap nantinya anak akan tahu dengan sendirinya. Akan tetapi, maraknya kasus pelecehan pada anak belakangan ini seharusnya membuat orangtua sadar bahwa pendidikan seks sangatlah penting.

Anak harus diajarkan untuk memahami bahwa tubuhnya adalah miliknya sendiri. Oleh karena itu, ia harus menjaga dengan tidak mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya.

Selain itu, hal ini juga merupakan salah satu cara agar anak-anak sadar dan peduli mengenai kesehatan seksual mereka.

Hal ini juga dibahas oleh Fandhi Gautama dan co-founder AyahAsi, Rahmat Hidayat, bersama siniar Obrolan Meja Makan dalam episode berjudul “Pendidikan Seks Sejak Dini, Penting Enggak Sih?”.

Menurutnya, usaha orangtua memberikan pendidikan seks sejak dini—atau yang biasanya lebih nyaman disebut pendidikan kesehatan reproduksi—sangat baik dilakukan, dibandingkan membuat anak mempelajarinya sendiri.

Nyatanya, akibat rasa penasaran, informasi mengenai seks banyak didapatkan anak melalui media cetak dan elektronik saat dirinya beranjak remaja. Untuk menghindari kekeliruan pemahaman, ada baiknya pendidikan seks memang dimulai dari orangtua.

Mengajarkan Pendidikan Seksual untuk Anak

“Yang diajarkan itu bukan cuma soal kebutuhan seksnya tetapi juga soal kesehatan reproduksinya karena itu yang harus dijaga. Nah kesehatan reproduksi itu nanti hubungannya banyak, ada aktivitas seksual, ada perasaannya, dan sebagainya, yang sering kali jarang banget diajarkan ke anak-anak secara terang-terangan,” ujar Rahmat.

Baca juga: Cara yang Tepat Mengatasi Night Terror pada Anak

Banyak orangtua yang masih berpikir jika pendidikan reproduksi ini diajarkan, anak malah akan memiliki rasa penasaran untuk mencobanya. Hal ini dikhawatirkan berpotensi membuat anak melakukan seks bebas.

Padahal, usaha ini dilakukan agar anak lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan tubuhnya.

Selain itu, anak juga perlu mengetahui hubungan atau perbedaan antara perempuan dan laki-laki, serta memahami konsekuensi saat nantinya mulai aktif secara seksual.

Hal ini dapat membantunya mengenai bagaimana ia harus menyikapi, memilih, dan bertanggung jawab atas perbuatannya karena anak sudah memiliki pemahaman soal seks bebas, kehamilan, hingga penyakit kelamin.

Jika pendidikan seksual luput dari perhatian orangtua, menurut Rahmat, anak malah akan banyak bertanya ke temannya. Padahal, temannya juga tidak memiliki kapabilitas yang cukup untuk menjelaskan.

Pemahaman lainnya ditemukan anak melalui pencarian di internet. Ada banyak sekali informasi mengenai seksualitas. Padahal anak belum memiliki kemampuan menganalisis atau menyaring informasi dengan bijak.

Dikhawatirkan, jika menemukan bahkan meyakini informasi yang salah, malah dapat berbahaya bagi dirinya dan orang lain.

Menurut PAUD Dikmas Bengkulu, pengajaran dapat dilakukan saat anak mulai bertanya mengapa organ tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan. Dari pertanyaan sederhana itu, orangtua bisa mulai menanamkan pendidikan seks mulai dari tingkat paling dasar mengenai organ tubuh dan fungsinya.

Baca juga: Apakah Aku Mengalami Trust Issues?

Semakin dewasa usianya, orangtua dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dengan memulai diskusi-diskusi seputar kesehatan reproduksi ini. Perlu dicatat, orangtua juga dapat memilih bahasa yang tepat dan mudah dipahami anak sesuai dengan usianya agar mereka mengerti tanpa harus menerka-nerka.

Rahmat juga menemukan bahwa saat ini, di lingkup taman kanak-kanak pun telah diajarkan pemahaman mengenai orang-orang yang boleh menyentuh tubuh anak. Menurutnya hal ini sangat baik dan pemahaman selanjutnya bisa dilakukan orangtua di rumah.

Manfaat Mengajarkan Anak Pendidikan Seksual

Tentunya banyak sekali manfaat dari kegiatan pembelajaran tersebut. Salah satunya adalah memenuhi rasa ingin tahu anak. Melalui diskusi-diskusi yang telah dilakukan, anak akan merasa pertanyaan-pertanyaannya telah terjawab di rumah.

Ia pun dapat memilah informasi yang didapatkan di luar sana.

Selain itu, jika ada perubahan yang dialaminya pada masa menjelang pubertas, anak tidak lagi merasa kaget dan bingung. Seperti misalnya saat anak perempuan mengalami menstruasi pertama, ia tidak akan lagi canggung untuk meminta bantuan kepada ibunya.

Hal ini secara tidak sadar akan membentuk pengetahuan anak akan kesehatan reproduksi. Ia juga akan menyadari konsekuensi untuk menghindari hal-hal yang merugikan, seperti melakukan aktivitas seksual saat belum waktunya.

Baca juga: Cara Hadapi Tekanan dalam Keluarga dengan Asertif

Jangan lupa pula untuk ajarkan anak mengenai konsen dan batasan pemberian afeksi. Misalnya, minta anak untuk menahan orang lain jika ingin mencium pipinya. Ajarkan pula pada mereka masalah perizinan apabila ada orang yang melakukan itu.

Tanyakan juga pada anak apakah ia nyaman dengan afeksi-afeksi dari lawan jenis, meskipun itu keluarga sendiri. Jika hanya memperbolehkan ayah atau kakaknya, tanyakan lagi apa yang boleh dilakukan. Ajarkan juga anak untuk tegas jika ada pelanggaran.

Batasan pemberian afeksi ini juga akan ia bawa dalam lingkungan bermain dan sekolahnya. Hal ini bertujuan agar anak dapat membentengi diri dari kejadian tidak menyenangkan.

Dengarkan lebih lanjut perbincangan seputar topik pendidikan seks untuk anak ini melalui siniar Obrolan Meja Makan episode “Pendidikan Seks Sejak Dini, Penting Enggak Sih?” di Spotify.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com