Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Dalam Beauty Shaming, Hidup Seakan-akan Tak Pernah Indah

Kompas.com - 14/04/2022, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Memiliki penampilan fisik yang rupawan merupakan impian bagi banyak orang. Tak heran, berbagai usaha-usaha untuk memperbaiki dan mempercantik diri dilakukan demi mencapai tubuh yang ideal, terlepas dari berapapun biayanya.

Namun, terdapat suatu kenyataan pahit yang tak banyak orang ketahui, yaitu memiliki penampilan rupawan tak selamanya menyenangkan. Tak jarang ditemukan kasus-kasus cemoohan sekaligus diskriminasi dari masyarakat terhadap mereka.

Hal ini didasari dengan adanya sentimen negatif kepada seseorang yang memiliki penampilan rupawan. Misalnya, bila seorang lelaki dianggap terlalu tampan, ia kerap distereotipkan sebagai playboy. Sementara itu, perempuan yang dianggap terlalu cantik kerap distereotipkan sebagai tak cerdas.

Menurut Ayoe Sutomo, seorang psikolog anak, remaja, dan keluarga, fenomena ini dapat didefinisikan sebagai beauty shaming.

Ia lantas memberikan pandangannya mengenai hal ini melalui episode siniar (podcast) Semua Bisa Cantik bertajuk “Beauty Shaming: Diremehkan karena Penampilan, Perempuan Harus Apa?” di Spotify.

Mengutip dari Stylo Indonesia, beauty shaming merupakan kegiatan mempermalukan orang lain karena kondisi fisik atau penampilan mereka, misalnya dengan mengucapkan perkataan-perkataan berikut:

“Ya iyalah, dia mah cantik!”

“Orang cantik kayak kamu cuma bisa main gincu aja…”

“Kulitmu gelap sekali, ga pernah diurus, ya?”

Mirisnya, sering kali tindakan atau perkataan beauty shaming dianggap sebagai hal yang lumrah. Bahkan hanya dianggap remeh dan dijadikan bahan bercandaan.

Baca juga: Mengapa Relasi Kuasa Bisa Menyebabkan Body Shaming?

 

Lebih parahnya lagi, dalam konteks sesama perempuan, Ayoe mengungkapkan kalau beauty shaming ini juga dapat memicu internalized misogyny.

Secara singkat, University of Missouri-Kansas City mendefinisikan internalized misogyny sebagai situasi ketika suatu pihak perempuan secara tidak sadar memproyeksikan ide-ide seksis, seperti beauty shaming, terhadap perempuan lain dan bahkan ke diri mereka sendiri.

Padahal, sudah seharusnya sesama kaum perempuan untuk saling membantu dan mendorong ke arah yang lebih baik. Bukan justru sebaliknya.

Jika sudah sejauh ini, dikhawatirkan beauty shaming dapat membawa dampak negatif secara berkepanjangan, mulai dari kecemasan, rendahnya rasa percaya diri, sampai depresi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com