Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Perkembangan anak tentu menjadi fokus orangtua terutama di masa golden ages. Ketika melihat perkembangan anak, salah satu yang perlu diperhatikan adalah cara berpikirnya.
Pola pikir adalah bagian penting untuk mengetahui IQ dan EQ manusia. Pemikiran yang baik akan membentuk manusia yang unggul di masa mendatang. Termasuk di antaranya adalah pola pikir kreatif untuk membantu zaman berkembang.
Hal ini lantas dicontohkan oleh tokoh-tokoh audio drama siniar Dongeng Pilihan Orangtua dalam episode "Dongeng Kupu-kupu Emas Pt. 1". Diceritakan mereka mampu mengatasi masalah dengan kreatif. Para orangtua bersama anak bisa mendengarkan cerita tersebut agar mereka tahu contoh cara memecahkan masalah.
Perlu dipahami bahwa terkadang anak memiliki perkembangan yang lamban dalam memunculkan ide pada suatu masalah. Oleh sebab itu, diperlukan kontribusi orangtua secara ekstra untuk membimbing mereka agar terus berkembang.
Jangan lupa juga untuk terus memperhatikan dan mengawasi tumbuh kembangnya. Jika masih tak mampu, orangtua dapat membawa anak ke ahlinya. Ini dilakukan untuk mengetahui saran apa yang diberikan agar pengajaran anak jadi lebih maksimal.
Baca juga: Berikut 7 Tahap Mengelola Emosi Anak Usia Dini
James Lehman mengatakan hal ini sangat mungkin terjadi. Anak bisa berperilaku buruk karena belum tahu bagaimana memecahkan masalah secara efektif. Dengan kata lain, mereka bertindak buruk sebagai upaya untuk menangani masalah, meskipun caranya belum tepat.
Contohnya adalah saat anak tantrum. Perilaku itu ditunjukkan saat anak tidak menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikannya. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal, seperti kurangnya contoh dari orangtua hingga gangguan mental.
Tantrum merupakan amukan anak karena merasa frustrasi, lelah, tidak berdaya, sampai luapan perasaan bahwa semua orang tidak bisa mengerti dirinya. Oleh sebab itu, orangtua harus bisa mengatasi tantrum anak dengan cara yang baik.
Berikut ini adalah jenis masalah yang akan ditemui jika anak memiliki kemampuan pemecahan masalah yang buruk.
Setiap orang ada kalanya merasa marah, sedih, frustrasi, tidak berdaya, hingga bersemangat. Ketika belum menemukan cara untuk mengatasi emosinya, anak akan larut dalam perasaan negatif. Ia pun tak bisa mengeskpresikannya dengan tepat.
Misalnya, alih-alih berbicara dengan baik, anak cenderung mengonfrontasi orangtua dengan mengamuk, memaki, membentak, bahkan melukai fisiknya.
Beberapa anak dengan kondisi ini tidak dapat rukun dengan orang lain, terutama anak-anak seusia mereka. Ini disebabkan karena anak tidak tahu bagaimana memperkenalkan diri kepada seseorang, mengatakan "tidak", atau melihat sesuatu yang tak mereka suka.
Sering kali kita menemukan anak dengan kepribadian temperamental hingga tak acuh dengan orang lain. Anak ini jelas memiliki keterampilan pemecahan masalah sosial yang rendah. Oleh karena itu, ia merasa senang memperlakukan orang lain dengan buruk.
Namun, jangan khawatir, ada banyak cara yang dapat dilakukan orangtua agar anak terbiasa berpikir kreatif, di antaranya sebagai berikut.