Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Memilih pasangan yang tepat adalah tantangan. Sering kali kita diruntuhkan oleh ekspektasi diri jika berurusan dengan pasangan. Biasanya, dalam beberapa kurun waktu, pasangan menunjukkan sikap yang kurang bisa ditoleransi.
Ada banyak cara yang dilakukan untuk memilih pasangan, misalnya lewat kesamaan hobi, visi misi, dan prinsip hidup. Ada pula yang memilih pasangan berdasarkan kecocokan zodiak, tipe kepribadian, primbon, hingga shio.
Hal inilah yang membuat Erwinda Tri Satya M.Psi., Psikolog Klinis Riliv, mengungkapkan kalau setiap individu itu memiliki keunikan dalam memilih pasangan.
Namun, dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Betulkah Pasangan adalah Cerminan Diri?” dengan tautan akses dik.si/OMMPasanganCermin, Erwinda mengatakan kita perlu melihat lagi dari aspek-aspek lain saat memilih pasangan.
Menurutnya, jika memilih pasangan yang merupakan cetak biru diri sendiri, ada kecenderungan mudah bosan. Hal ini disebabkan pola hidupnya akan mudah tertebak.
Ia pun menjelaskan, “Coba deh kita kebayang aja kalau diri kita ada dua dan kita tiap hari berinteraksinya dengan pola yang sama terus sehingga yang hilang adalah rasa penasaran.”
Baca juga: Meditasi: Akses Mudah untuk Hadapi Stres
Bahkan, jika tak bisa mencari sesuatu yang baru, antusiasme dalam hubungan juga bisa hilang. Akan tetapi, belum tentu hal ini negatif sebab ada yang tak mengharapkan apa-apa terhadap pasangannya.
Memiliki pasangan yang merupakan cerminan diri juga memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya, ketika sedang memikirkan sesuatu, pasangan akan lebih jauh memahami sehingga membuat kita jadi lebih nyaman.
“Ibaratnya sudah punya ikatan batin,” jelas Erwinda.
Itu sebabnya, penting untuk mengetahui nilai dan prinsip diri sebelum memilih pasangan. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri: Seperti apa sosok diri kita? Pasangan seperti apa yang kita inginkan untuk memperlengkap diri? Tujuan apa yang ingin dicapai bersama dalam hubungan?
Ketika sudah mampu menjawab dan mendeskripsikan diri dengan jelas, barulah kita bisa mendapat gambaran pasangan yang kita inginkan.
Misalnya, kita adalah sosok yang keras dan jarang mendapat kasih sayang karena masa kecil yang menyenangkan. Namun, saat mendapat pasangan, kita berharap dipertemukan dengan sosok yang lembut dan mampu memberikan kasih sayang.
Itulah mengapa beberapa orang juga condong mencari pasangan yang bisa melengkapi satu sama lain. “Sebenernya akan kembali lagi ke masing-masing orang. Mereka lebih butuh apa? Karena kebutuhan setiap orang pasti berbeda,” tutur Erwinda.
Selain berdasarkan cerminan diri, ada beberapa kriteria yang bisa menjadi tolok ukur untuk mencari pasangan ideal. Mengutip Psychalive, berikut adalah kriterianya.