Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Gerakan 3M dan Vaksin untuk Tekan Kematian akibat DBD

Kompas.com - 29/09/2023, 06:29 WIB
Putri Aulia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) atau infeksi dengue saat ini telah menjadi penyakit yang muncul sepanjang tahun. Angka kematiannya juga meningkat dalam lima tahun terakhir.

Data resmi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengungkap hingga minggu ke-33 tahun 2023, telah tercatat 57,884 kasus DBD dengan 422 kematian yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Untuk menjawab tantangan ini dan mencapai target kematian nol DBD tahun 2030, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan farmasi Takeda menggelar kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, mengajak masyarakat untuk terus menggalakkan upaya 3M plus.

Baca juga: Vaksin DBD Tersedia di Indonesia, Begini Syarat untuk Mendapatkannya

Upaya ini mencakup pengendalian nyamuk dengan prinsip 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur), vaksinasi dan tindakan inovatif lainnya untuk melawan penyakit ini.

Pemerintah juga akan menguatkan pemberdayaan masyarakat dalam pemantauan vektor nyamuk, dengan mengamati jentik di rumah lewat program Jumantik. 

Program inovasi lain adalah pemberian vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD). Vaksin ini telah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Agustus 2022.

Saat ini, vaksin DBD ditujukan untuk individu berusia antara 6 hingga 45 tahun dengan pemberian dua dosis, dengan tingkat efektivitas mencapai 85,9 persen.

General Manager Takeda Indonesia, Andreas Gutknecht menyebut vaksin DBD bukan vaksin musiman.

“Ini bukan vaksin musiman yang harus kita ambil setiap tahun, dengan dua dosis akan ada perlindungan yang tahan lama,” ungkap Andreas.

Baca juga: Vaksin DBD Tersedia di Indonesia, Begini Syarat untuk Mendapatkannya

Mengenali gejala

Untuk menekan angka kematian akibat DBD, penanganan yang cepat agar pasien tidak masuk fase kritis sangatlah penting.

Ketua Komunitas Dengue Indonesia, Prof dr. Sri Rezeki Hadinegoro Sp.A menekankan bahwa tanda yang harus diwaspadai adalah demam tinggi selama tiga hari.

“Clue-nya adalah demam. Jadi pada anak kalau sudah 3 hari diobati sendiri di rumah dan panasnya tidak turun, perlu pemeriksaan laboratorium yang secara berkala bisa kita menunjukkan oh ini demam berdarah atau bukan ya,” jelas Prof Sri.

Penting untuk menghitung tiga hari ini dengan teliti. Ini harus dihitung dengan jam dan waktu, sehingga tidak ada keterlambatan dalam penanganan medis.

Fase kritis dari infeksi dengue biasanya terjadi setelah hari keempat gejala demam muncul. Pada saat tersebut, demam yang dialami pasien cenderung akan menurun.

Kondisi ini justru yang perlu diwaspadai karena jika tidak ditangani dengan baik, risiko kematian bisa terjadi. Apalagi apabila pasien menunjukkan tanda bahaya, seperti nyeri pada ulu hati, lemas, dan muntah.

Baca juga: Kenali Prinsip 3M Plus untuk Cegah Demam Berdarah Dengue

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com