Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Alasan Usia Anak dan Remaja Rentan Alami Adiksi

Kompas.com - 29/03/2024, 10:19 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Remaja disebut sebagai usia yang rentan mengalami adiksi atau kecanduan karena beberapa alasan, termasuk salah satunya kondisi perkembangan otak yang belum sempurna.

Tepatnya, pada area depan otak, atau prefrontal cortex, yang mengatur emosi dan mengambil keputusan.

"Karena area otaknya yang mengatur emosi, menilai situasi, dan mengambil keputusan masih berkembang sehingga perilaku impulsifnya masih terus tinggi," ujar dokter spesialis kesehatan jiwa dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ(K) dalam sebuah diskusi daring pada Minggu (24/3/2024), seperti dikutip dari Antara.

Baca juga:

Kendati demikian, tidak hanya perkembangan otak yang menjadi penyebab anak dan remaja rentan mengalami kecanduan. Lebih lanjut, berikut penjelasannya.

Alasan anak dan remaja rentan alami gangguan adiksi

1. Perkembangan otak

Ia menjelaskan, perkembangan prefrontal cortex baru memasuki tahap sempurna pada usia 21 atau 22 tahun.

Hal itu menjelaskan mengapa proses pengambilan kepurusan pada anak-anak dan remaja seringkali masih bersifat impulsif atau tanpa berpikir panjang, serta lebih mengedepankan emosi.

Siste mencontohkan, keputusan ini seperti "aku kesal dimusuhi teman, maka aku ngeganja saja" atau "aku main games saja yang lama, karena perasaan lebih nyaman ketika main games".

Baca juga: 7 Tips Parenting untuk Cegah Anak Kecanduan Gadget

2. Faktor biologis

Selain faktor perkembangan otak, faktor biologis lain yang memengaruhi munculnya adiksi adalah sistem pengeluaran hormon dopamin dan faktor keturunan.

Maksudnya, kata dia, ada anggota keluarga yang sebelumnya sudah pernah mengalami gangguan adiksi.

"Mereka yang mengalami adiksi dipengaruhi oleh biologi juga yang berperan. Biologi ini artinya ada genetik juga yang berperan misalnya sistem dopamin yang di dalam tubuh kita juga misalnya," ucap dia.

3. Pola asuh

Pola asuh orangtua juga berdampak terhadap kecenderungan mengalami gangguan adiksi pada anak.

Kepala Divisi Psikiatri Adiksi, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM itu menyebutkan, adiksi bisa timbul dari pola asuh yang terlalu membebaskan maupun terlalu mengekang.

"Pola asuh yang sifatnya permisif, apa-apa boleh, tidak ada aturan yang jelas atau pola asuh yang sifatnya otoriter semuanya tidak boleh, harus dari orang tua, tidak ada komunikasi yang hangat itu adalah risiko tinggi untuk mengalami adiksi," tuturnya.

Baca juga: 5 Cara Mengontrol Screen Time Anak agar Tak Kebanyakan Main Gadget

Oleh karena itu, Siste mendorong orang tua agar bisa menerapkan pola asuh yang hangat, mengedepankan empati, dan komunikasi yang baik sehingga dapat membantu mencegah adiksi pada anak-anak dan remaja.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com