Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulih dari Daddy Issue, Belajar Melepaskan Luka dengan Memaafkan Ayah

Kompas.com, 13 September 2025, 15:10 WIB
Devi Pattricia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Daddy issue secara sederhana merujuk pada kondisi psikologis atau pola hubungan yang dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil dengan figur ayah, misalnya ayah yang absen secara emosional dan fisik, terlalu keras, atau tidak konsisten dalam kasih sayang. 

Daddy issue bisa membawa luka ataupun trauma hingga dewasa. Hal ini bisa memengaruhi cara seseorang berhubungan dengan pasangan, hingga kualitas hidupnya.

Meskipun demikian, psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., menjelaskan salah satu kunci untuk pulih dari daddy issue adalah dengan memaafkan.

Baca juga: Psikolog Ungkap Tantangan Anak Kandung Ketika Ayah Menikah Lagi 

Memaafkan bukan berarti melupakan atau membenarkan kesalahan, melainkan langkah untuk menemukan kedamaian diri sendiri.

“Memaafkan agar kamu bisa jadi sosok yang terbaik. Memaafkan ini bukan untuk orang lain atau ayah yang sudah buat kecewa, melainkan lakukanlah untuk kedamaian diri sendiri,” tutur Sukmadiarti saat diwawancarai Kompas.com, Senin (8/9/2025).


Mengapa memaafkan ayah itu penting?

Banyak orang merasa sulit memaafkan, apalagi jika ayah pernah melakukan kesalahan besar dalam kehidupan anak, seperti mengabaikan, berselingkuh, atau tidak bertanggung jawab. Namun, menyimpan kemarahan justru membuat luka itu semakin dalam.

“Memaafkanlah tanpa menunggu orang yang memicu luka itu minta maaf, karena terkadang orangtua itu gengsi untuk minta maaf. Hal ini agar kamu sehat mental dan tidak membawa trauma itu lagi,” jelasnya .

Ia menekankan, memaafkan bukan hadiah untuk ayah, melainkan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri.

Dengan melepaskan beban masa lalu, seseorang bisa menurunkan rasa cemas dan takut yang seringkali menghantui.

Baca juga: Mengapa Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Ilustrasi journaling.FREEPIK Ilustrasi journaling.

Memaafkan membantu meningkatkan energi positif

Luka akibat absennya sosok ayah sering membuat seseorang hidup dalam kecemasan dan menutup diri.

Perasaan itu bisa memengaruhi hubungan percintaan, bahkan tanpa disadari menarik pasangan yang memiliki sifat serupa dengan ayahnya.

“Lewat sesi konseling, harapannya bisa menurunkan perasaan cemas dan takut. Kemudian bisa menaikkan energi positif yang suka cita,” kata psikolog asal Semarang, Jawa Tengah itu.

Ketika energi positif meningkat, seseorang lebih tenang, percaya diri, dan nyaman dengan dirinya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau