Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda Seseorang Berdamai dengan Duka Usai Orangtua Meninggal, Berkaca dari Olla Ramlan

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 19:35 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kabar duka datang dari presenter Olla Ramlan. Ibundanya, Tis’ah Djahri, meninggal dunia pada Minggu (12/10/2025) dini hari.

Adapun kehilangan orangtua menjadi pengalaman duka yang kadang kompleks untuk dideskripsikan. Kebingungan, kesedihan, dan penolakan bisa muncul. Namun, kapan seseorang bisa disebut sudah berdamai dengan duka?

Baca juga:

Psikolog Klinis Winona Lalita R., M.Psi., Psikolog mengatakan, berdamai dengan kehilangan bukan berarti seseorang tidak lagi merasa sedih sama sekali.

Kapan seseorang bisa dikatakan berdamai dengan duka?

Tak terus tenggelam dalam sedih

Menurut Winona, banyak orang yang keliru memaknai proses berdamai dengan duka.

“Terkadang seseorang mempersepsikan atau memaknai berdamai itu adalah ketika dia sudah tidak pernah merasa sedih lagi, padahal sebenarnya tidak begitu,” ujar Winona saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/10/2024).

Ia menegaskan, perasaan sedih akan tetap menjadi bagian dari diri seseorang, terutama ketika kehilangan sosok penting seperti orangtua. Namun, intensitasnya akan menurun seiring berjalannya waktu.

“Yang namanya kehilangan seseorang, khususnya orangtua, pasti perasaan sedih itu masih ada dalam diri kita. Hanya saja mungkin kadarnya sudah tidak seperti pada momen awal ketika baru saja kehilangan,” jelasnya.

Dengan kata lain, berdamai bukan berarti meniadakan rasa kehilangan, melainkan bisa hidup berdampingan dengan rasa itu tanpa terus terperangkap di dalamnya.

Baca juga:

Mulai kembali menjalani hidup

Kabar duka datang dari Olla Ramlan yang kehilangan ibunda. Simak tanda seseorang sudah berdamai dengan duka usai orangtua meninggal menurut pakar.PEXELS/FAUXELS Kabar duka datang dari Olla Ramlan yang kehilangan ibunda. Simak tanda seseorang sudah berdamai dengan duka usai orangtua meninggal menurut pakar.

Ciri seseorang sudah mulai berdamai, lanjut Winona, adalah ketika mereka mulai kembali membangun rutinitas dan menemukan makna baru dalam hidup.

“Ketika kita sudah mulai berdamai adalah ketika kita menyadari perasaan sedih itu mungkin masih ada, tapi kita sudah mulai bisa menciptakan rutinitas baru, menciptakan atau memaknai satu hal baru, terus menjalani hidup,” terangnya.

Bagi sebagian orang, bentuk penerimaan ini bisa muncul dalam hal sederhana, seperti kembali bekerja, bersosialisasi, atau melakukan aktivitas yang memberi rasa tenang.

Proses ini menunjukkan, seseorang sudah mampu menata kembali kehidupannya, tanpa melupakan kenangan atau sosok yang telah tiada.

“Kamu menyadari ada yang hilang dari dirimu tidak membuat kamu menjadi kurang, tapi membuat kita punya makna baru dalam hidup,” tambah Winona.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau