Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 6 Juli 2017, 10:18 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

KOMPAS.com - Protein adalah nutrisi terpenting bagi tubuh yang berguna sebagai sumber energi, bekerja sebagai neurotransmiter dan pembawa oksigen dalam darah (hemoglobin).

Kecukupan protein bagi tubuh (45-55 gram sehari) bisa kita penuhi dengan mengkonsumsi daging, ikan, telur, serangga (yang bisa dimakan), susu, biji dan kacang-kacangan, roduk kedelai, ekstrak jamur dan masih banyak lagi sumber protein lainnya.

Tak sedikit orang yang memilih memperbanyak asupan protein dan mengurangi lemak serta karbohidrat untuk menurunkan berat badan. Pada dasarnya diet ini memang efektif menurunkan berat badan, tetapi tidak direkomendasikan dilakukan dalam jangka panjang.

Dilansir dari laman Life Hack, berikut ini adalah efek samping negatif saat tubuh kelebihan protein.

1. Kelebihan berat badan

Salah satu tanda yang paling mudah dilihat dan dikenali adalah berat badan melonjak. Mendapat banyak asupan protein dengan jumlah besar dapat menjadi baik dan juga sebaliknya. Jika Anda ingin membentuk otot dan mendapatkan berat badan untuk melakukan itu, peningkatan asupan protein bisa membantu.

2. Masalah ginjal

Ginjal sebagaimana fungsinya yakni menyaring seluruh racun yang dihasilkan dari makanan.
Jika Anda banyak mengonsumsi makanan dalam satu jenis, artinya Anda secara tidak sadar memerintahkan ginjal Anda untuk bekerja lebih keras lagi untuk menyaring racun yang ada di dalamnya. Kita disarankan untuk mengonsumsi beragam jenis makanan.

3. Dehidrasi

Bila ginjal Anda menjalani proses pengelolaan racun, salah satu produk yang dilepaskan adalah nitrogen urea darah. Pada gilirannya, tubuh Anda harus menggunakan lebih banyak air untuk membersihkan zat berbahaya tersebut. Hal ini bisa menyebabkan dehidrasi serius jika asupan air minum kita kurang.

4. Kalsium tulang terkikis

Asam yang dilepaskan setiap kali Anda mengkonsumsi protein sulit dicerna tanpa kalsium.
Telah ditunjukkan dalam banyak penelitian bahwa orang-orang yang mengkonsumsi lebih banyak protein daripada yang dibutuhkan memiliki tulang lebih lemah.


5. Masalah jantung

Diet tinggi protein memang lebih disukai banyak orang karena menganggap mereka bisa bebas mengasup protein hewani. Namun, protein terutama yang berasal dari daging merah yang mengandung lemak jenuh merupakan musuh bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

6. Mengurangi ketosis

Ketosis adalah kondisi liver manusia memproduksi keton untuk digunakan sebagai bahan bakar atau energi yang digunakan seluruh tubuh terutama otak. Ketosis terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan karbohidrat (glukosa) sebagai sumber makanan untuk diproses menjadi energi.

Saat diet, biasanya orang akan mengurangi makanan sumber karbohidrat dan menggantinya dengan makanan sumber protein. Namun sebetulnya ini sangat merugikan. Sebenarnya lebih sehat jika kita mengasup karbohidrat kompleks dan lemak sehat.

7. Asam urat

Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein berbasis hewan dapat meningkatkan risiko terkena asam urat. Ini karena protein berbasis hewan memiliki kadar purin yang tinggi, yang menyebabkan kadar asam purin tinggi .

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau