Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Makanan yang Bikin Kita Susah Berhenti Menyantap

KOMPAS.com - Saat mengonsumsi makanan tertentu, kita seringkali tak bisa berhenti dan berasa ingin terus mengunyah.

Faktanya, kita bisa mengalami kecanduan terhadap makanan tertentu. Ini bisa disebabkan oleh respon otak terhadap makanan tersebut.

Kecanduan makanan disebabkan karena beberapa makanan melepaskan dopamin di otak yang menimbulkan hasrat lebih untuk memakannya, terutama bila menyangkut makanan yang mengandung gula, garam dan lemak tinggi.

Makanan yang membuat kecanduan ini mempengaruhi otak tepat di pusat kesenangannya, seolah-olah mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak dan lebih banyak lagi.

Menurut Ashvini Mashru, seorang ahli diet dari Pennsylvania, saat pusat kesenangan pada otak dirangsang, otak mulai mensekresikan dopamin dan bahan kimia lain yang membuat kita ingin mendapatkan lebih.

"Karena otak menyukai sensasi yang disebabkan oleh pelepasan dopamin itu, ia mencari lebih banyak lagi dengan menciptakan kecanduan, jika dituruti dapat menyebabkan lingkaran kecanduan yang kejam," ucapnya.

Inilah makanan yang paling sering menyebabkan kecanduan.

1. Cokelat

Menurut Dan DeFigio, penulis Beating Sugar Addiction for Dummies, cokelat juga menawarkan 'sensasi di mulut' yang mampu merangsang produksi oksitosin.

"Seiring waktu, otak kita mulai mencari 'sumber' dopamin itu, dan setiap kali kita makan cokelat, itu memperkuat 'koneksi' tersebut," ucapnya.

Baca :Cokelat Mungkin Akan Punah Tahun 2050?

2. Keju

Tak ada yang menandingi gurihnya keju. Keju yang umumnya tinggi lemak dan kolesterol, juga mengandung zat yang disebut casomorphin yang mampu mengikat reseptor opioid atau zat yang menimbulkan sensasi enak di otak.

"Casomorphins bekerja pada neurotransmitter di otak kita dan melepaskan dopamin, bahan kimia yang baik, yang sering membuat kita menginginkan lebih banyak," kata Neal Barnard penulis The Cheese Trap.

Baca :Benarkah Keju Memicu Mimpi Buruk?

3. Makanan dengan karbohidrat sederhana

Saat mengonsumsi camilan seperti keripik kentang atau tortilla, mulut rasanya tak ingin berhenti mengunyahnya.

Padahal, makanan sejenis ini tidak memiliki senyawa khusus yang mengikat reseptor otak tertentu yang merangsang perilaku adiktif.

Namun menurut Celina Jean, pakar gizi dari Texas, karbohidrat sederhana dipandang sebagai 'adiktif' karena menyebabkan pelepasan glukosa cepat dan juga mampu meningkatkan energi dengan cepat.

"Energi ini akan segera habis dan kemudian kitaa akan dipaksa makan karbohidrat sederhana agar gula darah tetap tinggi," tambahnya.

4. Makanan manis

Minuman manis seperti soda, limun atau teh manis hanya mengandung sedikit nutrisi. Tapi, dalam setiap 2,5 mililiter minuman tersebut mengandung 35 gram gula.

Seperti makanan manis lainnya, soda juga bisa merangsang pelepasan dopamin. Apalagi, kandungan cafein membuat zat yang menyebabkan kecanduan ini bekerja dua kali lipat.

Menurut Ashvini Mashru, saat kita mencoba berhenti mengonsumsi kafein, kita bisa mengalami gejala seperti lesu, sakit kepala dan tekanan emosional.

Baca :Makanan Cepat Saji Serang Sistem Kekebalan Tubuh

5. Kentang goreng

Kandungan lemak dalam kentang goreng juga memicu reseptor di mulut mengirim sinyal ke otak dan usus kita untuk memperkuat keinginan makan lebih banyak.

"Kentang goreng ini juga merupakan makanan yang nyaman. Karena itu, setiap kali kamu berada di restoran dan melihat makanan ini di menu, kamu mungkin akan tergoda untuk memesannya sebagai pendamping makanan," kata Ashvni Mashru.

Baca :Mengapa Kentang Goreng Bikin Ketagihan?

6. Es krim

Kandungan gula dan tekstur lembut pada es krim pasti membuat kita selalu menginginkannya.

Para periset sepakat bahwa makanan seperti es krim - yang bahan dasarnya adalah krim dan susu - merangsang otak seperti efek obat-obatan yang mendorong perilaku yang menyerupai kecanduan.

Menurut Keri Glassman, pakar diet dari New York, kebutuhan gula dalam tubuh kita sesuai dengan ketergantungan diri kita pada zat gula.

"Ketika tubuh terbiasa dengan gula, kamu merasa tidak enak badan bila mengkonsumsi lebih sedikit. Akibatnya kamu akan makan lebih banyak," ucapnya.

7. Pizza

Ini bisa saja disebabkan oleh kadungan keju, tekstur adonan yang lembut atau gula dalam saos tomat yang digunakan.

Saat kita mengonsumsi pizza, gula darah kita akan cepat naik dan saat turun, kita merasa lapar lagi dan menginginkan lebih.

Baca :Temuan baru, Pizza Dianggap Menu Sehat untuk Sarapan

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/31/062500620/7-makanan-yang-bikin-kita-susah-berhenti-menyantap

Terkini Lainnya

Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
6 Rekomendasi Celana Garis Brand Lokal, Cocok untuk Harian hingga ke Kantor
Fashion
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com