Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Buruk Membandingkan Anak dengan Orang Lain

KOMPAS.com - Ungkapan bahwa setiap anak unik dengan caranya sendiri bukanlah sekadar kiasan.

Ini adalah aturan praktis yang harus diikuti oleh setiap orangtua, jika ingin membesarkan anak yang percaya diri dan bahagia.

Satu hal yang perlu diingat, orangtua harus selalu menjaga harga diri anak. Membandingkan anak dengan anak-anak lain, apapun alasannya adalah tindakan yang tidak benar.

Banyak penelitian telah mengungkap, bagaimana membandingkan anak kita dengan anak-anak lain dapat menghambat perkembangan mental mereka dan memengaruhi harga diri mereka, yang kemungkinan besar akan berpengaruh sepanjang hidup anak kita.

Orangtua Cenderung Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Kata-kata seperti "Lihatlah anak itu, dia jauh lebih baik daripada kamu", atau "mengapa kamu tidak bisa bersikap seperti dia" sangat umum, terutama ketika anak-anak sedang berulah dan sebagai orang tua, kita tidak mampu mengendalikan kemarahan atau rasa frustrasi.

Namun, efek kata-kata ini terhadap pikiran kecilnya adalah sesuatu yang benar-benar harus kita pertimbangkan.

Perbandingan tidak pernah baik - bahkan untuk orang dewasa. Apalagi, untuk anak-anak yang belum bisa menghadapi kritik negatif.

Terlebih lagi, jauh lebih menyakitkan bagi seorang anak untuk mendengar dari orangtuanya, bahwa anak lain jauh lebih baik daripada dirinya dalam suatu hal.

Sebagai orangtua, penting untuk memberi tahu anak apa yang benar dan salah. Penting juga untuk menunjukkan kesalahan mereka, tetapi melakukan itu dengan membandingkannya dengan teman sebaya atau saudaranya bukanlah cara yang baik.

Ajari Anak Jadi Versi Terbaik Dirinya

Anak kita dikelilingi oleh kompetisi di mana-mana, di sekolah, di kelompok bermainnya, dan bahkan di taman di mana ia pergi untuk bermain sesekali.

Yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk anak adalah membiarkan mereka jauh dari "fase kompetisi" setidaknya saat di rumah.

Sebagai orangtua, kita perlu mengajarkan anak-anak bagaimana mereka dapat mengatasi kelemahan mereka dan menjadi lebih baik dari diri mereka sendiri, bukan lebih baik dari teman-teman mereka.

Jika kita terus-menerus menghujani anak dengan komentar perbandingan bahwa anak lain lebih baik dari dirinya, ini justru dapat menyebabkan kompleks inferioritas atau perasaan minder pada anak. Karena mereka merasa tak pernah cukup baik melakukan suatu hal.

Tak Harus Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tetapi membandingkan anak dengan orang lain hanya akan menurunkan harga diri mereka. Sebuah efek yang kemungkinan besar akan bertahan seumur hidup.

Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa orangtua sebaiknya tidak membandingkan anak dengan anak-anak lain.

- Perbandingan perlahan akan mengarah pada keraguan diri. Ketika kita diberi tahu bahwa kita tidak dapat unggul dalam hal tertentu karena orang lain lebih baik, lambat laun, kita mulai meragukan keterampilan kita sendiri, meragukan kemampuan diri kita sendiri. Hal yang sama juga berlaku pada pikiran anak.

- Jika orangtua cenderung membandingkan anak dengan temannya, anak tetangga atau dengan saudaranya, itu hanya akan mengajarkan kecemburuan padanya.

Yang harus diwaspadai adalah, kecemburuan bisa berubah menjadi kebencian dan agresi dalam jangka panjang.

- Kebiasaan membandingkan akan menanamkan pikiran negatif pada diri anak. Ia tidak lagi dapat menerima tantangan dan tugas baru dengan positif. Karena merasa dirinya tak cukup mampu melakukannya

Penting untuk membesarkan anak-anak yang memiliki sikap positif terhadap kehidupan dan bukan orang yang takut melakukan hal-hal baru, hanya karena takut gagal dan kemudian dibandingkan dengan teman-temannya.

- Salah satu hal yang paling penting untuk disadari ketika membandingkan anak dengan orang lain adalah bahwa hal itu tidak hanya membuat anak rendah diri, tetapi juga memengaruhi hubungan kita dengan anak secara negatif.

Apakah ingin anak mulai membenci kita sebagai orangtuanya? Nah, tidak bukan. Membandingkan dia dengan anak-anak lain hanya akan membuatnya melakukan itu.

Perbandingan membuat anak merasa bahwa orangtua tidak mendukungnya dan tidak ada di pihaknya.

- Jika kamu cenderung membandingkan anak, sangat jelas bahwa mereka akan berkembang menjadi orang dewasa yang gelisah dan tak percaya diri.


Menjadi anak-anak yang bahagia dan tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri sangatlah penting.

Tapi, jika orangtua terus-menerus membandingkan anak, mereka akan tumbuh menjadi anak yang melakukan suatu hal untuk sekadar menyenangkan orangtuanya. Anak juga mulai merasa bahwa dia tidak pernah bisa memenuhi harapan orangtuanya.

Mengasuh anak adalah tugas yang paling sulit. Selain itu, mengasuh anak tidak disertai dengan buku manual. Karenanya, tidak mungkin ada definisi untuk "orangtua ideal".

Tidak ada orangtua yang dengan sengaja akan membuat anak mereka gugup atau tak percaya diri.

Tapi bagaimanapun, anak-anak melihat orangtua mereka untuk mengidentifikasi kualitas baik dan buruk. Kitalah, sebagai orang tua, yang menentukan anak kita akan tumbuh sebagai pribadi seperti apa.

Karena itu, sangat penting untuk mengedepankan cara terbaik dan membiarkan anak-anak dibesarkan dalam lingkungan yang positif dan penuh dukungan.

Jangan pernah lupa memberi tahu mereka, betapa istimewanya dan pentingnya mereka dalam hidup kita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/20/224521720/dampak-buruk-membandingkan-anak-dengan-orang-lain

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com