Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serupa tapi Tak Sama, Serangan Panik dan Serangan Jantung

KOMPAS.com - Serangan panik dan serangan jantung seringkali dianggap sebagai hal yang sama karena memiliki gejala berupa rasa sakit di bagian dada.

Namun faktanya, serangan jantung dan serangan panik sama sekali berbeda, termasuk cara penanganannya.

Tanda serangan jantung

Serangan jantung terjadi ketika organ antung tidak mendapatkan darah yang dibutuhkan. Umumnya, serangan jantung disebabkan oleh arteri yang memasok darah ke jantung tersumbat.

Gejala serangan jantung meliputi nyeri atau tekanan di dada, berdebar-debar, merasa pusing atau pingsan, berkeringat dan keringat dingin, nyeri atau sakit di tubuh bagian atas, seperti rahang, leher, lengan, bahu, atau punggung, sesak napas, serta mual atau muntah.

Serangan jantung bisa mengancam nyawa, jadi jangan menunggu gejalanya hilang. Segera cari pertolongan medis jika kita memiliki tanda-tanda serangan jantung.

Gejala serangan panik

Serangan panik adalah serangan tiba-tiba karena ketakutan atau kecemasan yang luar biasa. Serangan panik tidak mengancam nyawa, tetapi mengganggu kualitas hidup dan kesejahteraan mental.

Orang yang sering mengalami serangan panik bisa memiliki gangguan panik, sejenis gangguan kecemasan.

Namun serangan panik yang terisolasi dapat terjadi pada siapa saja, bahkan tanpa diagnosis gangguan panik.

Gejala serangan panik mencakup; merasa cemas dan takut secara tiba-tiba, sakit di dada, kesulitan bernapas, merasa malapetaka akan datang, berdebar kencang, berkeringat, gemetar, lemah atau pusing, sakit perut atau mual.

Perbedaan serangan panik dan serangan jantung

Gejala kedua kondisi ini bisa sangat mirip. Ahli jantung, Mistyann-Blue Miller MD membahas perbedaan utamanya.

1. Area nyeri

Pada serangan jantung, nyeri menyebar ke area lain seperti lengan, rahang atau leher. Jika itu serangan panik, rasa sakit biasanya akan bertahan di dada.

2. Rasa nyeri dada

Serangan jantung terasa seperti dada yang diremas atau seolah-olah ada gajah yang duduk di bagian dada. Kemudian, ada sakit kepala atau sensasi terbakar, seperti heartburn.

Sedangkan, serangan panik biasanya terasa seperti nyeri yang menusuk dada, jantung berdebar kencang atau rasa tidak nyaman di dada yang sulit dijelaskan.

3. Pemicunya

Serangan jantung cenderung terjadi setelah fisik merasa tegang, dan tanda ini tidak ditemukan dalam serangan panik.

"Serangan jantung mungkin terjadi setelah menaiki tangga yang panjang. Tapi Anda tidak akan mengalami serangan panik setelah berolahraga kecuali jika ada pemicu stres emosional," kata Miller.

Serangan panik dan serangan jantung sama-sama bisa membuat kita terbangun dari tidur. Bedanya, orang yang terkena serangan panik di malam hari biasanya juga mengalami hal tersebut di siang hari.

Apabila kita terbangun dengan nyeri dada atau gejala lainnya, dan kita tidak memiliki riwayat serangan panik, itu bisa jadi pertanda serangan jantung.

4. Durasi

Gejala serangan panik berlangsung beberapa menit hingga satu jam, kemudian gejala itu menghilang dan kita merasa lebih baik. Tapi serangan jantung tidak kunjung reda.

Rasa sakit dan gejala serangan jantung dapat terus berlanjut atau datang secara bertahap.

"Serangan jantung dapat menyebabkan nyeri dada yang parah, dengan skala nyeri 9 atau 10," terang Miller.

"Kemudian nanti, rasa sakitnya bisa turun menjadi skala 3 atau 4 sebelum bertambah parah lagi. Rasa sakitnya mungkin berubah, tapi tidak akan hilang."

Hal yang terjadi pada detak jantung selama serangan panik

Dalam banyak kasus, serangan panik memicu detak jantung yang cepat, atau juga dikenal sebagai takikardia. Denyut jantung bisa bertambah cepat hingga 200 denyut per menit atau lebih cepat.

Detak jantung yang cepat bisa membuat kita pusing dan sesak napas, atau dada berdebar-debar.

Biasanya, takikardia yang terjadi sebagai respons terhadap stres emosional dan hanya berlangsung beberapa menit tidaklah berbahaya.

Tetapi jika itu sering dirasakan, atau kita memiliki kemungkinan gejala serangan jantung, carilah perawatan medis.

Serangan panik memicu serangan jantung

Serangan panik tidak menyebabkan serangan jantung, tapi bisa saja terjadi. Stres emosional berperan dalam kedua kondisi tersebut.

"Serangan panik dan serangan jantung dapat terjadi selama atau setelah situasi stres," ucap Miller

"Tapi seringkali, orang mengalami serangan panik daripada serangan jantung sebagai respons terhadap tekanan emosional."

Orang yang mengalami kecemasan, depresi, atau stres kronis memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah jantung. Stres kronis dapat memicu tekanan darah tinggi, yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Memerhatikan tanda halus serangan jantung

Serangan jantung bisa datang begitu saja. Namun dalam berbagai kasus, nyeri dada akibat penyakit jantung, yang dikenal sebagai angina, muncul beberapa hari atau minggu sebelum serangan jantung.

"Gejalanya hilang. Rasa sakitnya bertambah parah, atau Anda sedikit tidak nyaman. Kemudian serangan jantung menyerang. Tanda-tanda awal ini sulit diidentifikasi."

Serangan jantung adalah kondisi darurat medis, sedangkan serangan panik tidak. Tetapi dengan gejala yang mirip, agak sulit bagi kita untuk membedakannya.

Oleh karena itu, apabila kita mengalami nyeri dada atau gejala lainnya dan tidak yakin apakah itu serangan jantung atau serangan panik, segera cari bantuan medis.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/07/142753020/serupa-tapi-tak-sama-serangan-panik-dan-serangan-jantung

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com