Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terjangkit Omicron Tanpa Penularan, Mungkinkah?

Dalam keterangan pers secara vitual, Budi mengatakan, temuan ini berawal dari tiga petugas kebersihan di Wisma Atlet yang terkonfirmasi positif Covid-19 usai menjalani tes PCR rutin.

"Pada tanggal 8 Desember lalu dites dan hasilnya positif. Kemudian, pada 10 Desember dikirim ke Balitbangkes untuk dilakukan genome sequencing," ujar Budi.

"Hasilnya keluar pada 15 Desember, yakni dari tiga orang yang positif tadi, satu orang dipastikan terdeteksi varian Omicron," ungkap dia.

Meski belum diketahui petugas kebersihan itu tertular karena kasus lokal atau "impor", banyak orang tentu bertanya-tanya apakah bisa seseorang terjangkit Omicron tanpa penularan?

Menurut Dokter Spesialis Patologi Klinik RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto dr. SpPK, Ph.D, kemungkinan itu bisa saja terjadi karena mutasi alamiah virus.

"Bisa saja. Jadi pada dasarnya, virus itu memang rentan bermutasi," ujar dr. Tonang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/12/2031).

"Selama virus bereplikasi, maka ada risiko mutasi. Bila mutasi itu berhasil bertahan dari kompetisi varian lain, maka mampu bertahan bahkan bisa berkembang," kata dia.

Ini artinya, ada kemungkinan SARS-CoV-2 yang sudah menginfeksi tubuh seseorang secara kebetulan bermutasi dan hasilnya menjadi Omicron.

"Maka dapat terjadi, terdeteksi kasus Omicron tanpa yang bersangkutan tertular dari orang yang baru pulang dari luar negeri," ucap dr. Tonang.

Meski ada peluang seseorang terjangkit Omicron tanpa penularan, dr. Tonang meminta penelusuran terhadap masuknya mutasi baru SARS-CoV-2 ini harus tetap dilakukan.

Caranya, harus diketahui faktor kontak erat, riwayat perjalanan, hingga temuan kasus serupa di lingkungan sekitar.

"Tentu saja, itu semua adalah soal peluang. Jadi bukan memastikan," ucap dia.

"Setelah diyakini benar tidak ada kemungkinan bersumber dari orang lain yang baru saja tiba dari luar negeri dan terbukti positif, maka dapat saja disimpulkan bahwa yang terjadi adalah kasus lokal. Terjadi mutasi secara alamiah," tambah dr. Tonang.

Omicron harus dideteksi dengan tes WGS

Tes PCR memang masih menjadi standar baku untuk mendeteksi apakah seseorang positif Covid-19.

Tapi, untuk mengetahui jenis varian yang menjangkitinya, dr. Tonang mengatakan perlu dilalukan tes Whole Genome Sequencing (WGS).

Ada pun, tes WGS merupakan teknik yang dilakukan secara komprehensif untuk mengurutkan sekuens DNA menjadi suatu gambaran genom utuh.

Teknik ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi Next Generation Sequencing (NGS).

"Tes ini merekam urutan gen virus yang ditemukan. Dari sana baru tahu apa varian virus Covid-nya," kata dr. Tonang.

Berkaitan dengan pemeriksaan lima kasus probable Omicron oleh Kemenkes denggan S Gen Target Failure (SGTF), ia mengatakan tes ini adalah bentuk skrining.

SGTF disebutnya merupakan tes yang dapat dilakukan secara cepat dan dalam 24 jam bisa diketahui hasilnya.

dr. Tonang menjelaskan, SGTF bisa mendeteksi target lain dari sampel virus yang di tes, seperti bagian N, E, RdRp, Orf, atau Helicase.

Namun, jika bagian S tidak terdeteksi, maka bisa dicurigai sampel yang dites merupakan varian SARS-CoV-2.

Ia menyampaikan, SGTF belum tentu dapat mendeteksi Omicron. Untuk memastikan keberadaan varian ini, sampel harus tetap dites menggunakan WGS.

"SGTF itu cepat hasilnya. Kalau WGS itu bisa 5-7 hari baru dapat dipastikan. Maka skrinning dulu agar bisa tindak lanjut sambil menunggu WGS," tutur dia.

"Ada beberapa indikasi yang bisa menjadi alasan perlu dilakukan WGS walau tidak melewati proses SGTF."

"Misalnya ketemu kasus dengan jumlah virus tinggi. Atau riwayat perjalanan dari daerah atau negara dengan Omicron."

"Atau kondisinya dengan imunitas tertekan, seperti penderita HIV atau TBC kronis," cetus dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/17/071820220/terjangkit-omicron-tanpa-penularan-mungkinkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke