Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cermati, 5 Reaksi "Otak" ketika Tubuh Kurang Olahraga

Jika iya, mungkin itu tanda kalau kamu kurang berolahraga.

Ya, berolahraga secara rutin bukan hanya baik untuk kesehatan fisik, namun juga penting untuk meningkatkan kesehatan otak.

Bahkan faktanya, ahli sitopatologi bersertifikat Celina Nadelman mengatakan, 10 hari tanpa olahraga dan aktivitas fisik dapat menyebabkan otak kehilangan fungsi kognitifnya.

Untuk mengetahui tanda dan pengaruh hilangnya fungsi kognitif otak akibat kurang olahraga, simak paparan berikut ini.

  • Risiko kecemasan dan depresi lebih tinggi

Banyak orang lebih mudah merasa takut selama pandemi, dan hal ini dapat disebabkan karena tubuh tidak aktif untuk waktu yang lama.

Hal ini disebabkan karena saat kita berolahraga, tubuh melepaskan zat kimia yang membuat kita merasa nyaman, seperti anandamide dan endocannabinoids langsung ke otak.

Senyawa ini tidak hanya menghalangi reseptor rasa sakit, tetapi juga meningkatkan perasaan gembira.

Karena itu, saat tubuh kekurangan hormon-hormon penting ini, kita cenderung merasa lebih cemas dan depresi.

Untuk menghadapi fenomena ini, sebenarnya tidak sulit.

Menurut dokter naturopati Katy Firsin, kita bisa lebih aktif hanya dengan berolahraga menggunakan bantuan standing desk atau berjalan kaki secara rutin.

  • Sulit berpikir positif

Jika biasanya kita bisa mengambil hikmah dari suatu hal, namun mendadak selalu memikirkan skenario terburuk, mungkin kamu kurang berolahraga.

Pasalnya, menurut psikolog Yvonne Thomas, olahraga dapat membantu melepaskan emosi negatif.

Melakukan aktivitas fisik apa pun, mulai dari kardio hingga melakukan pekerjaan rumah tangga, dapat melatih emosi seseorang.

Caranya, dengan menarik napas dalam-dalam dan menyalurkan kembali emosi melalui gerakan tubuh.

"Ini bisa memicu dilepaskannya endorfin yang menenangkan dan membuat rileks," ujar Thomas.

  • Sulit memecahkan masalah

Sering merasa kesulitan memecahkan suatu masalah dalam pekerjaan? Jika iya, mungkin kurang olahraga yang jadi biang keroknya.

Seperti yang sudah dijelaskan Dr. Nadelman, aktivitas fisik dapat meningkatkan fungsi kognitif, pemusatan perhatian, dan performa akademik.

Juga berpengaruh pada kemampuan untuk memecahkan masalah, serta kecepatan dalam memproses informasi.

Selain itu, ini akan membuat seseorang mudah mengambil keputusan dan dapat melakukan multitasking.

“Aktivitas fisik meningkatkan fungsi kognitif melalui neuroplastisitas, serta meningkatkan sintesis protein dan ekspresi neuropeptida dan hormon yang membantu perbaikan saraf,” kata Dr. Nadelman.

Sebenarnya, tanpa melakukan aktivitas kebugaran sekalipun, otak kita sudah bisa merasa lamban dan lelah, sehingga sulit untuk mengumpulkan motivasi atau memenuhi tanggung jawab dan tenggat waktu.

Jadi, jika merasa kesulitan memecahkan masalah, cobalah untuk melakukan latihan kardio selama 15 menit.

Selain demi kesehatan jangka panjang, latihan ini akan membuat diri bersemangat.

  • Rendah diri

Setelah berolahraga, biasanya seseorang akan merasa kuat, tak terkalahkan, dan bersemangat.

Itu memang wajar. Sebab terlepas dari jenis gerakannya, kebugaran akan meningkatkan rasa percaya diri dan membuat diri merasa berhasil mencapai sesuatu.

Namun di sisi lain, kurangnya olahraga dapat menurunkan self-esteem (harga diri).

“Ini karena mereka terlalu banyak duduk dan memikirkan diri mereka sendiri secara negatif,” kata Thomas.

“Akhirnya, orang tersebut mungkin merasa kurang bersemangat, tidak menyenangkan, tidak produktif, dan tidak energik,” lanjut dia.

Jika pikiran buruk itu sudah muncul, mengalahkannya pun akan sulit.

Akhirnya, kita akan emmandang rendah diri sendiri dan tidak memiliki cukup energi untuk berolahraga. Perasaan pun akan menjadi buruk.

  • Sulit mengendalikan stres

Saat sedang stres, biasanya kita akan menghadapinya dengan “flight or fight” alias menghindari atau melawan.

JIka memilih “flight,” kita akan berusaha lari dari masalah karena takut menghadapinya. Namun jika memilih “fight,” kita akan berusaha melawan atau menjadi defensif.

Menurut Dr. Nadelman hal ini merupakan dampak biologis dari terlalu banyak mengurung diri.

Padahal, biasanya seseorang dapat mengendalikan stres dan kecemasannya dengan cara yang lebih menyenangkan, bukan dengan dua hal ekstrem seperti ini.

Nah, saat seseorang tidak memiliki waktu atau jadwal rutin untuk berolahraga, otak akan melepaskan kortisol atau hormon stres, membuat kita sulit mengendalikan emosi dengan efektif.

“Stresor modern biasanya tidak bersifat sementara dan meningkatkan kortisol secara berkelanjutan,” kata dia.

“Peningkatan kortisol ini memiliki efek neurotoksik pada otak, yang dapat merusak hipokampus dengan menurunkan ekspresi neuropeptida BDNF, dan menyebabkan depresi,” sambung dia.

Namun dengan melakukan latihan aerobik, kita dapat memperbaiki reaktivitas neuroendokrin sekaligus memperbaiki respons biologis kita terhadap stres.

Hasilnya, kita akan merasa lebih tenang dan dapat mengendalikan diri.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/09/180000620/cermati-5-reaksi-otak-ketika-tubuh-kurang-olahraga-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke