Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menelusuri Sejarah Kultur Sepatu Cibaduyut di Bandung Sneaker Season

Sejarah sepatu di Cibaduyut dimulai pada zaman Belanda tepatnya tahun 1920 saat beberapa warga di sana bekerja di sebuah pabrik di Kota Bandung.

Setelah memiliki keterampilan membuat sepatu, satu per satu mereka keluar dan membangun sendiri bisnis mereka di rumahnya.

Lama-kelamaan, jumlah perajin bertambah banyak. Cibaduyut pun dikenal orang sebagai tempat orang mencari sepatu murah.

Bahkan, Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pernah menganugerahkan Cibaduyut sebagai kawasan terpanjang khusus sentra industri sepatu.

Sebab, di jalan sepanjang dua kilometer ini, toko maupun kios industri sepatu berjejer dengan rapi.

Berjalannya waktu, nama Cibaduyut mulai tenggelam. Banyaknya produk sepatu impor dengan harga yang sangat murah, membuat bisnis sepatu Cibaduyut "ngos-ngosan".

Bahkan, patung sepatu sebagai ciri khasnya pun telah hilang terkena proyek pembangunan fly over. Kabarnya, patung tersebut kini disimpan menanti proyek fly over rampung.

Cerita soal Cibaduyut ini diangkat Bandung Sneaker Season (BSS) 3.0. BSS mengupas sejarah kultur sepatu Bandung di Cibaduyut, melalui kolaborasi berbentuk video.

"Dikenal sebagai sentra bengkel pembuatan sepatu, nama Cibaduyut justru tenggelam, dipandang sebelah mata."

Demikian kata blogger sneaker, Isser James yang ikut terlibat sebagai director video teaser.

Dalam video ini, Isser memvisualisasikan Cibaduyut sebagai industri kreatif lokal. Bagaimana kehidupan para perajin di sana.

"Ketika datang ke Cibaduyut, saya melihat mereka bukan hanya jualan produk, tetapi mereka bengkel untuk brand lain," ujar Isser di sela-sela BSS 3.0 di Bandung, belum lama ini.

Isser menjelaskan, kolaborasi ini sebagai bentuk marketing dan belajar bersama mengenai perkembangan sejarah sepatu.

Sebab dalam obrolannya di lapangan, produsen Cibaduyut memiliki kekurangan tidak mengetahui caranya menjual produk.


BSS 3.0

"Baru tahu tentang cerita Cibaduyut ini," tutur salah satu pengunjung, Jeremi.

Event BSS digelar selama tiga hari (22-24 April 2022). Diramaikan 70 UMKM sneaker dan apparel serta berbagai komunitas.

Ada Scooter, Custom Motorbike, Motor Classic, Skate, BMX, Quad, Inline, Hip Hop, Mural, Tamiya, dan Sneakers, membuat acara ini meriah.

Pengunjung pun selalu terlihat asik memilih sepatu dan apparel yang diinginkan. Setelah selesai berbelanja mereka melihat aksi para komunitas.

Sejumlah jenis sepatu yang kerap jadi incaran pun diperlihatkan di ajang tersebut.

Sebut saja Vans Authentic 44 DX, Air Jordan 1 Low Bred Toe, Converse Chuck Taylor All Star Crater Knit High, Air Jordan 1 Mid SE Diamond, Nike Woman Air Jordan 1 Mid To My First Coach, dan juga Adidas Ultraboost 22 Running Shoes.

Perwakilan penyelenggara BSS dari Maks Promotor, Aga Wirasembada mengatakan, BSS 3.0 kali ini hanya menargetkan 15.000 pengunjung dalam tiga hari. Lebih rendah dibanding sebelum pandemi.

"Di tahun pertama pengunjung BSS mencapai 21.000, tahun selanjutnya 25.000, tahun ketiga vakum karena pandemi, dan pada 2021 hanya 7.000," ucap dia.

Sementara itu, Brand Promotion Koordinator LAzone, Bonny Sari Tresno mengatakan, UMKM, budaya,  dan style anak zaman sekarang di BSS merepresentasikan kebutuhan masyarakat.

Bonny mengungkapkan, setiap tahun ada karakter yang berbeda sehingga selalu ada perubahan yang dimunculkan dalam event BSS.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/04/25/120000720/menelusuri-sejarah-kultur-sepatu-cibaduyut-di-bandung-sneaker-season

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke