Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengertian Princess Syndrome, Penyebab dan Ciri-cirinya

Sebabnya, A (15) yang merupakan kekasih pelaku sekaligus mantan kekasih korban, disebut memiliki kecenderungan perilaku tersebut, dalam kaitannya dengan kasus tersebut.

Princess syndrome adalah kecenderungan perilaku ketika seorang perempuan muda menjalani kehidupannya bagaikan dongeng.

Ia hanya berfokus pada hal-hal yang indah, menempatkan dirinya di pusat alam semesta, dan terobsesi dengan penampilannya.

Princess syndrome bukan istilah medis yang resmi namun banyak perempuan mengidap hal ini.

Apa itu princess syndrome?

Princess syndrome mungkin tidak dianggap hal serius ketika dialami anak perempuan namun bisa menjadi masalah ketika bertambah dewasa.

Kondisi tersebut bisa memengaruhi harga dirinya, ketergantungannya pada orang lain, bagaimana dia menjaga dirinya sendiri, dan seberapa berdayanya yang dia rasakan dalam hidupnya.

Jennifer L. Hartstein, Psy.D., psikolog anak dan remaja di New York, mengatakan princess syndrome sering dipengaruhi oleh narasi media dan orangtua tentang anak perempuan.

"Ada pesan di mana-mana yang disampaikan kepada para gadis bahwa menjadi seorang putri adalah cara terbaik, dan satu-satunya," ujarnya, dikutip dari Psychology Today. 

Misalnya lewat film, pakaian, konten media sosial dan paparan lainnya yang berdampak pada psikologinya.

Hal ini bukan hanya berdampak pada citra tubuh namun juga psikologi anak tentang kemandirian, persahabatan yang dangkal dan kurangnya motivasi dari diri sendiri.

"Karena dia "mengharapkan" semua itu datang kepadanya," tandas Harstein.

Dongeng yang berkembang merampas pelajaran hidup berharga pada anak perempuan dan menjadikannya hanya berfokus pada nilainya ada di masa muda, kecantikan, dan seksualitas.

"Princess syndrome adalah ikap yang beberapa orangtua, dengan maksud baik, tidak diragukan lagi, tanamkan pada anak perempuan mereka melalui label seperti 'putri', atau 'dewi', atau 'diva', atau bahkan kata 'istimewa'," ujarnya, dikutip dari situs resminya.

"Jauh lebih sehat untuk membiarkan anak Anda menyadari bahwa tidak ada yang lebih baik atau kurang dari orang lain," tambahnya.

Princess syndrome, juga dikenal sebagai Cinderella Complex, membuat seseorang terbiasa memiliki relasi yang tidak sehat, harga diri yang bergantung pada penampilan dan pembawaan mereka.

Mereka juga memiliki ekspektasi yang tidak realistis bahwa mereka pantas mendapatkan perlakuan sekelas anggota kerajaan.

Nancy menguraikan, princess syndrome juga bisa memberikan pengaruh negatif pada hubungan pribadi karena merasa layak mendapatkan lebih banyak atau lebih baik.

Mereka merasa tidak ada yang cukup baik atau sempurna untuk menjadi pasangannya, bebas menolak orang lain yang dianggap 'di bawah mereka', dan mengharapkan laki-laki untuk membayar semuanya.

Karena merasa cantik, penderita masalah perilaku ini menganggap bisa melalui segalanya dengan mudah dan terlalu berharga untuk bekerja keras.

"Mereka mungkin saja menjadi gold digger, memanipulasi pria atau wanita untuk mendapatkan apa yang “pantas mereka dapatkan” tanpa usaha mereka sendiri," terang Nancy.

Penderita princess syndrome juga mungkin menderita histrionik atau narsistik, dengan mengabaikan perasaan atau keterampilan orang lain.

"Tidak ada yang menyenangkan mereka karena mereka tidak pernah belajar untuk menyenangkan diri mereka sendiri."

Kecenderungan seseorang memiliki princess syndrome sebenarnya bisa dikenali sejak dini.

Beberapa ciri-ciri yang perlu diperhatikan adalah:

Jennifer L. Hartstein, mengatakan orangtua bisa mencegah princess syndrome pada anaknya.

Bukan dengan menghindari paparan media namun mengajari anak mengatasi tekanan, dan mengembangkan harga diri yang positif, citra tubuh yang realistis, dan kemandirian.

"Sebagai orang tua, Anda dapat mengajari putri Anda cara mengubah 'princess syndrome' dengan 'nilai kepahlawanan wanita'," tegasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/02/28/071400820/pengertian-princess-syndrome-penyebab-dan-ciri-cirinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke