Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bermain Gadget Ternyata Bisa Jadi Penyebab OCD pada Anak

Terlebih, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Adolescent Health melaporkan bahwa jumlah waktu penggunaan layar pada anak pra remaja dapat meningkatkan perkembangan obsessive-compulsive disorder (OCD) di masa depan.

"Setiap jam bermain video game per hari bisa meningkatkan kemungkinan seorang anak mengembangkan OCD sebesar 15 persen."

Demikian penuturan asisten profesor pediatri di Divisi Kedokteran Remaja dan Dewasa Muda di University of California San Francisco, Jason Nagata.

"Selain itu, setiap jam tambahan per hari untuk menonton video, seperti di YouTube, juga meningkatkan kemungkinan OCD sebesar 11 persen," tambah dia.

Menurut laporan tersebut, OCD adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki pikiran yang berulang dan mengganggu sehingga merasa terdorong untuk melakukan perilaku berulang tertentu.

Para penulis studi juga mencatat bahwa OCD dapat memiliki efek yang sangat melemahkan, yang berlangsung hingga kehidupan dewasa seseorang.

Proses studi

Karena kejadian OCD cenderung memuncak pada usia 9-10 tahun, Nagata dan timnya memilih untuk meneliti anak-anak pada usia tersebut untuk proses studi tersebut.

Lebih dari 9.000 anak Amerika diikutsertakan dalam analisis, yang menggunakan data dari ABCD Study.

Sampelnya hampir seimbang antara anak laki-laki dan perempuan, serta beragam secara ras dan etnis.

Para peneliti melihat data pada saat awal dan dua tahun kemudian.

Untuk menentukan waktu penggunaan layar, setiap anak mengikuti survei yang mengajukan pertanyaan tentang berapa jam yang biasanya mereka habiskan untuk berbagai jenis penggunaan layar, termasuk menonton TV atau film, menonton video, bermain video game, berkirim pesan, video chat, dan media sosial.

Informasi ini digunakan untuk menghitung berapa banyak waktu layar yang digunakan anak-anak pada hari biasa.

Alat diagnostik yang disebut Kiddie Schedule for Affective Disorders and Schizophrenia (KSADS-5) digunakan untuk menilai apakah peserta studi memiliki OCD pada usia dua tahun.

Para peneliti kemudian menemukan bahwa setiap jam tambahan dari total waktu penggunaan gadget dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih tinggi untuk didiagnosis OCD setelah dua tahun.

Di samping itu, berjam-jam menonton video dan bermain video game adalah yang paling kuat terkait dengan efek ini.

Bagaimana waktu layar dapat meningkatkan OCD

Dalam sebuah wawancara dengan Healthline, Nagata mengatakan bahwa anak-anak yang menghabiskan banyak waktu untuk bermain video game dilaporkan merasa perlu untuk bermain lebih banyak dan lebih banyak lagi.

Ini tidak dapat berhenti meskipun mereka menginginkannya.

"Pikiran-pikiran yang mengganggu tentang konten video game dapat berkembang menjadi obsesi atau dorongan," jelasnya.

Lebih lanjut, Nagata mencatat bahwa video YouTube dapat memungkinkan anak-anak untuk menonton secara kompulsif, dengan mengatakan bahwa algoritme dan iklan dapat memperburuk obsesi dan dorongan.

Dia menambahkan bahwa satu pengamatan menarik yang dilakukan adalah bahwa mereka tidak menemukan hubungan antara menonton televisi konvensial dengan OCD.

"Dengan televisi konvensial, lebih sulit untuk fokus pada satu bidang saja karena saluran dan programnya terbatas," terangnya.

Keterbatasan studi

Direktur klinis untuk anak di Texas Tech University Health Sciences Center El Paso di Texas, Hanna Garza mengatakan bahwa studi ini unik dan perlu lebih banyak penelitian serupa yang dilakukan pada topik ini.

Sebab, bagaimanapun juga, dia mencatat ada beberapa keterbatasan.

"Waktu menonton layar dilaporkan sendiri, yang dapat menyebabkan bias keinginan sosial. Dengan kata lain, anak-anak mungkin melaporkan apa yang mereka pikir seharusnya mereka katakan daripada berapa jam yang mereka habiskan," ungkapnya.

Selain itu, ia menambahkan, korelasi antara waktu layar dan OCD perlu dieksplorasi lebih lanjut, karena studi ini hanya berfokus pada video game dan menonton video.

Kemudian, studi ini juga tidak mengukur kualitas atau konten dari waktu layar untuk membuat hubungan antar variabel.

Dan, terakhir, dia mengatakan bahwa studi tersebut tidak menentukan apakah waktu menonton layar bersifat rekreatif atau tidak.

Sementara itu, Nagata menjelaskan bahwa salah satu batasan tambahan adalah usia muda dari para partisipan.

"Meskipun kami tidak menemukan hubungan antara media sosial dan OCD, anak-anak dalam penelitian ini berusia 9-10 tahun pada awal penelitian dan lebih muda dari usia penggunaan yang diizinkan untuk sebagian besar platform media sosial," katanya.

"Penggunaan media sosial diperkirakan akan meningkat dari awal hingga akhir masa remaja," imbuh dia.

Membantu anak-anak memiliki hubungan yang sehat dengan waktu layar

Garza mengungkapkan pentingnya keseimbangan dalam membantu anak-anak menggunakan waktu layar dengan bijak.

"Keseimbangan sangat penting dalam hidup, terutama jika menyangkut anak-anak dan remaja," katanya.

"Mengeksplorasi minat yang berbeda dan melakukan hal-hal yang menyenangkan adalah hal yang bermanfaat, namun harus dilakukan dalam jumlah yang tidak berlebihan agar kegiatan lain seperti belajar, mengerjakan tugas, dan waktu bersama keluarga dapat dilakukan," jelas dia.

Nagata menyarankan agar orangtua secara teratur berbicara dengan anak-anak mereka tentang penggunaan waktu layar dan mengembangkan rencana penggunaan media keluarga.

"Rencana ini dapat mencakup penetapan batasan dan mendorong waktu untuk menjauh dari layar, misalnya sebelum tidur atau saat makan," sarannya.

Nagata juga menekankan pentingnya orangtua untuk memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak-anak mereka dalam penggunaan layar.

Dia menyimpulkan dengan menyatakan bahwa tanda-tanda peringatan penggunaan layar yang bermasalah adalah ketika penggunaan layar mulai memengaruhi kualitas hidup, hubungan, dan fungsi sehari-hari anak.

"Anak-anak mungkin tidak dapat mengontrol atau mengurangi penggunaan layar. Mereka mungkin kehilangan minat pada kegiatan lain. Penggunaan layar menyita pikiran mereka," katanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/04/050000920/bermain-gadget-ternyata-bisa-jadi-penyebab-ocd-pada-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke