Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Eksim dan Stres, Apa Kaitannya?

KOMPAS.com - Dermatitis atopik atau eksim mungkin tidak membahayakan nyawa. Namun, masalah kulit ini bisa merepotkan, terutama karena eksim memiliki banyak pemicu yang menyebabkan munculnya ruam yang merah dan gatal. Misalnya saja, stres.

Stres ini tidak seperti pemicu umum eksim lainnya karena lebih sulit diatasi atau bisa muncul tanpa disadari, terutama jika disebabkan oleh masalah pekerjaan, keluarga, atau situasi lainnya yang tak dapat dihindari.

Namun, bagaimana stres bisa memicu eksim?

Dilansir dari Healthline, stres dapat menyebabkan meningkatnya hormon kortisol atau hormon stres.

Masalahnya, saat tubuh memproduksi hormon kortisol yang tinggi akibat stres, kulit akan berminyak secara abnormal, yang dapat memicu munculnya eksim.

Sebuah studi yang diterbitkan di Acta Dermato-Venereologica pada 2010 pun menemukan bahwa stres memang dapat membuat kulit pulih dari iritasi dan kerusakan lebih lama.

Jadi selain menyebabkan eksim, stres pun bisa membuat eksim terjadi lebih lama, yang bisa berujung menambah stres yang ada. Akhirnya, stres pun terus berulang.

Selain itu, beberapa penelitian juga menemukan bahwa kecemasan juga dapat memicu eksim.

Sayangnya tidak seperti eksim, kecemasan sulit dikendalikan tanpa pemberian obat.

Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2010 di BMC Dermatology juga menemukan bahwa kecemasan dapat menyebabkan somatisasi atau keluhan fisik akibat stres atau beban mental, dan eksim adalah salah satu jenis somatisasi akibat kecemasan.

Lebih lanjut, karena kadar stres tinggi dapat memicu eksim, beberapa orang merasa perlu merokok untuk menguranginya.

Sayangnya, merokok sebenarnya hanya akan membuat eksim bertambah parah dan akan membawa masalah kesehatan lainnya.

Bahkan, sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2009 menemukan baha merokok 10 batang rokok atau lebih per harinya dapat membuat kita kulit lebih rentan berjerawat.

Mengurangi stres

Untuk menurunkan risiko eksim akibat stres, kiata perlu mengurangi kadar stres kita.

Misalnya, dengan melakukan langkah berikut ini:

  • Olahraga setengah jam per harinya. Kita bisa melakukan jogging, angkat beban, atau aktivitas ringan lainnya. Lalu, kita juga bisa menetapkan tujuan jangka panjang sehingga kita eterbiasa dengannya.
  • Meditasi selama 10 menit atau lebih per harinya.
  • Habiskan waktu dengan keluarga atau teman secara rutin.
  • Tidur malam setidaknya tujuh hingga delapan jam per hari.

Pengobatan

Ada beberapa pengobatan bagi penderita eksim dan stres yang ditimbulkannya, termasuk obat resep, obat bebas, obat oral atau topikal, hingga phototherapy.

Beberapa losion dan pelembap yang dijual bebas dapat meminimalisir gejala dan rasa gatalnya, sementara steroid tipikal dan obat topikal lainnya dapat meredakan gejala gatal dan peradangan sementara.

Adapun obat resep untuk eksim bisa termasuk obat-obatan oral, antiradang, penghambat kalsineurin topikal, steroid topikal resep, dan masih banyak lagi.

Jadi, diskusikan saja dengan dokter kulit untuk mencari yang paling tepat.

Lalu jika yakin bahwa stres adalah pemicu eksim yang dialami, diskusikan langkah apa yang harus diambil.

Kita juga bisa memilih opsi konseling untuk mengatasi stres dan kecemasan untuk meredakan gejalanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/26/070700020/eksim-dan-stres-apa-kaitannya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke