Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Kebiasaan Harian agar Terus Merasa Bahagia

Namun terlepas hal itu, kita sebenarnya memiliki kekuatan di dalam diri untuk bisa menjadi lebih bahagia.

"Kita cenderung percaya bahwa kita akan bahagia ketika kondisi tertentu terpenuhi, ketika kita telah mencapai ini atau itu. Tapi itu adalah mitos yang umum."

Demikian penuturan profesor di Departemen Psikiatri di University of California, San Francisco, peneliti dan salah satu pencipta The Big Joy Project, Elissa Epel, PhD.

Elissa Epel mengungkapkan, kita tidak perlu berharap bahwa kita akan merasa lebih baik suatu hari nanti, karena kita memiliki lebih banyak kendali daripada yang kita pikirkan.

"Kita bisa mengambil kendali dan menemukan apa yang bisa kita lakukan sekarang, seperti hal-hal kecil yang bisa meningkatkan perasaan senang atau puas," ujar Elissa Epel.

Kekuatan kebiasaan untuk merasa lebih bahagia

Meningkatkan perasaan gembira dan bahagia secara berkelanjutan terletak pada kekuatan kebiasaan.

"Kebiasaan terbentuk ketika kita mengulangi perilaku. Kebiasaan itu tertanam di dalam kabel saraf kita, di ganglia basal," ungkap Epel.

Secara sadar mengadopsi kebiasaan dan dengan mindful memerhatikan efek menyenangkannya, akan memanfaatkan kekuatan sistem penghargaan positif yang sudah ada di otak.

"Ketika sebuah perilaku memicu respons emosional yang positif, kita cenderung mengingatnya dan melakukannya lagi," kata Elissa Epel.

"Kesadaran akan bagaimana sesuatu membuat kita merasa baik dapat membantu kita mengembangkan kebiasaan positif yang baru," sambung dia.

Lebih khusus, penelitian Elissa Epel dan temuan dari The Big Joy Project juga menemukan bahwa kebiasaan-kebiasaan kecil adalah kunci utama untuk meningkatkan kebahagiaan (dan membuatnya bertahan lama).

Mempraktikkan perilaku dan aktivitas sehari-hari yang kecil, dapat ditindaklanjuti, realistis, dengan konsistensi dan komitmen, dapat mengubah otak untuk merasakan lebih banyak sukacita, dan menjalani dunia dengan lebih positif.

"Temuan-temuan dari ilmu saraf, psikologi, kedokteran, kesehatan masyarakat, dan bidang-bidang lainnya semakin menegaskan apa yang telah disampaikan oleh pengalaman hidup dan tradisi spiritual selama ribuan tahun."

"Yang mana kebahagiaan dapat dimulai dari dalam diri ketika kita memilih untuk melakukan tindakan kecil ke arah sukacita dan membiasakan diri untuk melakukannya," kata dia.

Menurut Elissa Epel, para peneliti menyebut momen-momen kebahagiaan yang bersifat sementara sebagai "kebahagiaan hedonis".

Ini adalah kondisi emosi yang menyenangkan, yang terasa luar biasa, tetapi bukan sumber kebahagiaan yang berkelanjutan.

Sementara itu, kebahagiaan yang bertahan lama disebut sebagai "kebahagiaan eudaimonik", yang mencakup perasaan yang lebih dalam, memiliki rasa, makna dan tujuan, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

"Perasaan bahagia yang sekilas saja tidak akan bertahan lama, tapi kita bisa menggunakannya sebagai blok bangunan menuju kesejahteraan yang lebih berkelanjutan," ungkap Elissa Epel.

"Jadi, kita bisa mengubah kebahagiaan hedonis menjadi kebahagiaan eudaimonik dengan membiasakan diri untuk melakukannya," saran dia.

Kebiasaan untuk meningkatkan kebahagiaan

The Big Joy Project adalah salah satu studi terbesar dari 17 universitas yang dilakukan untuk menemukan aktivitas paling efektif meningkatkan kebahagiaan dalam jangka panjang.

Studi ini juga melibatkan pengalaman digital yang menawarkan tindakan kecil berbasis ilmiah untuk melatih otak agar dapat menciptakan dan memertahankan kebahagiaan dengan lebih cepat dan mudah.

"Semua ini adalah aktivitas yang sangat singkat, yang bisa kita coba untuk melatih otak mengakses kegembiraan dengan lebih cepat, mudah, dan lebih lama," kata Elissa Epel.

"Ketika kita menghadapi kesulitan, kita bisa kembali ke latihan-latihan yang akan mengarahkan otak ke tempat yang damai dan sumber kebahagiaan yang lebih berkelanjutan yang tidak mudah terombang-ambing," jelas dia.

Nah, Elissa Epel lantas membagikan sejumlah kebiasaan sederhana yang dapat kita lakukan untuk melatih otak agar dapat menciptakan kebahagiaan sebagai berikut.

1. Lakukan setidaknya lima tindakan kebaikan setiap hari

Bisakah kita mencoba melakukan lima perbuatan baik untuk orang lain?

"Pikirkanlah untuk memberi orang lain momen kecil yang membahagiakan," kata Elissa Epel.

"Misalnya, mengirimkan pesan yang menghibur kepada teman, menanyakan kabar orangtua, menulis komentar positif di media sosial, memungut sampah di jalan, dan membawakan penjaga pintu rumah kita secangkir kopi."

"Tidak perlu hadiah besar (atau label harga) di sini," ujar Elissa Epel.

2. Fokus pada rasa syukur

Bersyukur bisa dilakukan dengan membuat tulisan atau mengucapkannya dengan lantang setiap hari.

"Buatlah daftar hal-hal yang kita syukuri, baik yang kecil maupun yang besar," ungkap Elissa Epel.

"Rasa syukur adalah penangkal stres. Kita dapat mengatur diri kita ke arah yang lebih positif untuk hari itu jika kita memulai pagi dengan rasa syukur."

"Saat kita bangun, pikirkan sesuatu yang kita syukuri," saran Elissa Epel.

3. Pergi berjalan-jalan di alam terbuka

Pergilah ke luar rumah setiap hari dan biarkan cahaya alami, suara, aroma, dan lingkungan sekitar mengurangi stres dan meningkatkan semangat.

"Keluarlah dan perhatikan pemandangan atau kehijauan di sekitar dengan membuka semua indera kita dan bergerak dengan penuh kesadaran atau mindful," kata Elissa Epel.

4. Membingkai ulang peristiwa negatif untuk menemukan hikmah

Hal-hal buruk terjadi dan akan terus terjadi. Akui rasa sakit, ketidaknyamanan, dan kemarahan dari semua itu.

"Tetapi kemudian, bekerja keraslah untuk mengubah perspektif dengan menemukan manfaat dalam hal buruk yang terjadi sehari-hari," terang Elissa Epel.

Satu hal yang bisa dilakukan ketika kita merasa terjebak dalam cara-cara pesimistis adalah dengan memulainya dari hal yang lebih kecil.

Lihatlah apakah kita bisa mengubah perspektif untuk menemukan sesuatu yang lebih netral tentang kemunduran atau keluhan.

Situasi itu sangat menyebalkan, tapi bisakah kita menoleransinya? Apakah itu akan berlalu? Pernahkah kita mengalami hal serupa sebelumnya?

5. Memanfaatkan peristiwa positif untuk orang lain

Hal ini sejalan dengan menunjukkan kebaikan kepada orang lain, tetapi ini benar-benar tentang mendengarkan dan hadir untuk orang yang kita cintai.

"Mintalah dan dengarkan secara aktif cerita tentang apa yang berjalan dengan baik dalam kehidupan orang lain," kata Elissa Epel.

6. Lebih sering mengafirmasi nilai-nilai yang paling penting

Ingatkan diri kita tentang apa yang paling kita hargai di dunia ini, lalu perhatikan apakah kita hidup untuk nilai-nilai tersebut atau tidak.

Elissa Epel menyarankan untuk membuat peringkat pentingnya empat nilai inti dan tulislah penjelasan singkat tentang bagaimana nilai-nilai tersebut muncul dalam kehidupan kita.

"Sering-seringlah kembali ke daftar nilai ini untuk membantu kita membuat keputusan sulit, mengarahkan diri kembali ke arah kepuasan, dan pada akhirnya menemukan lebih banyak tujuan dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Elissa Epel.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/30/080000720/6-kebiasaan-harian-agar-terus-merasa-bahagia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke