Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kena "Breadcrumbing", Apa Sih Itu?

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Mendapatkan pasangan yang saling mencintai adalah kebahagiaan tersendiri dalam hubungan asmara. Lika-liku hubungan mulai dari proses pendekatan, jadian, hingga berlangsungnya hubungan bukanlah hal yang mudah.

Ternyata, dalam proses pendekatan, ada orang yang hanya cenderung menarik perhatian lawan jenisnya. Setelah terpikat, orang tersebut pun tidak memiliki keinginan yang serius untuk melanjutkan hubungan dengan korbannya.

Dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Kena Breadcrumbing, Apa Sih Itu?” dengan tautan dik.si/AnyJiwBread, Phebe Illenia Suryadinata, M.Psi., Psikolog Klinis Dear Astrid, mengungkapkan fenomena ini disebut sebagai breadcrumbing.

Kenapa Dinamakan Breadcrumbing atau “Remah Roti”?

Menurut Dr. Gemma Harris, psikolog klinis, disebut sebagai breadcrumbing atau remah roti karena hal ini mengacu pada pelaku yang memberi “remahan” perhatian atau kasih sayang. Perlakuannya sering kali dilakukan melalui platform daring, seperti media sosial atau aplikasi kencan.

Intensitas komunikasi yang tinggi cenderung memiliki sinyal seperti memberi kita harapan. Di sisi lain, kita juga merasa gelisah karena tidak ada kejelasan dalam hubungan yang sedang dibangun.

Oleh karena itu, Kelly Campbell, Ph.D., Profesor di California State University, mengklasifikasikan breadcrumbing sebagai salah satu taktik manipulasi emosi yang dirancang untuk membuat seseorang bergantung kepada satu sama lain.

Masifnya penggunaan teknologi sebagai alat untuk berkomunikasi pun membuat fenomena ini semakin marak.

Perbedaan Breadcrumbing dan Ghosting

Meskipun serupa breadcrumbing berbeda dengan perilaku ghosting. Pelaku breadcrumbing memang terkadang sesekali meninggalkan korbannya.

Namun, ia akan kembali melakukan kontak dengan meninggalkan pesan-pesan afirmasi. Misalnya, dengan mengucapkan selamat pagi atau menyukai unggahan kita.

Sementara itu, ghosting adalah perilaku meninggalkan korban secara total setelah melakukan kontak atau komunikasi yang intens. Tak ada lagi kontak lanjutan setelahnya sehingga korban ditinggalkan tanpa penjelasan.

Faktor Penyebab Breadcrumbing

Pertama, perilaku breadcrumbing biasanya disebabkan oleh sikap rendah diri. Dengan melakukan breadcrumbing, pelaku bisa membangun rasa kendali dan dominasi karena selama ini mereka tak bisa melakukannya.

Kedua adalah memiliki rasa ketakutan yang tinggi terhadap komitmen. Saat ingin menjalin hubungan, pelaku yang pernah mendapat pengalaman traumatis jadi mudah ragu. Hal ini disebabkan rasa takut mereka yang tinggi karena hubungan sebelumnya tak berakhir baik.

Dalam kasus ini, Dr. Gemma Harris menjelaskan kalau perilaku breadcrumbing adalah bentuk pertahanan diri.

Ketiga, yaitu memiliki suatu kondisi atau masalah kesehatan mental, seperti narsistik. Orang narsistik cenderung merasa dirinya lebih superior sehingga mereka kerap mempermainkan korbannya.

Tanda Breadcrumbing yang Perlu Diwaspadai

Untuk mencegah kita menjadi korban breadcrumbing, mengutip Insider, ada beberapa tanda-tanda yang perlu kita waspadai.

Pertama, pelaku mayoritas memiliki gaya komunikasi atau perkataan yang tidak konsisten. Mereka kerap menentukan waktu untuk memulai kontak dan sering kali tidak merespons saat kita membutuhkannya.

Selain itu, mereka juga lebih banyak melakukan flirting atau menggoda tanpa membuat komitmen ke jenjang yang lebih serius. Obrolan atau percakapan pun diisi oleh topik-topik monoton dan cenderung menghindari topik tertentu.

Mereka mengirimi pesan di waktu-waktu tertentu dan intens melakukan komunikasi jika ada maksud tertentu. Misalnya, mengajak untuk menemaninya pergi atau ingin berhubungan seks.

Kedua, pelaku cenderung menghindar saat ditanya soal kejelasan hubungan. Mereka bisa saja jujur memberi tahu kita bahwa ia menyukai kita. Akan tetapi, mereka tidak mencari hubungan yang penuh komitmen karena ada alasan pribadi.

Jika mengalami hal ini, kita yang menentukan langkah selanjutnya: Apakah kita masih ingin bertahan dengan pelaku breadcrumbing yang masih dihantui rasa takut dalam dirinya atau mencari seseorang yang sudah yakin untuk menjalin hubungan.

Ketiga adalah sadari perasaan diri. Percaya atau tidak, hati kita biasanya mengirim sinyal jika menemukan sesuatu yang meragukan. Perasaan ragu ini biasanya ditandai dengan merasa bingung atas perilaku mereka.

Saat berinteraksi dengan mereka, alih-alih bahagia, kita cenderung merasa bingung karena sikap mereka. Bahkan, sesekali kita juga merasa kesal dengan kehadirannya.

Lantas, bagaimana cara menjauh jika kita pernah menjadi korban breadcrumbing? Dengarkan jawaban lengkapnya melalui siniar Anyaman Jiwa episode “Kena Breadcrumbing, Apa Sih Itu?” dengan tautan akses dik.si/AnyJiwBread.

Akses sekarang juga playlist YouTube Medio by KG Media untuk mendapat informasi lebih banyak seputar kesehatan mental yang bisa menunjang kehidupan sosial, karier, hingga romansamu.

Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniarnya sekarang juga.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/11/161250420/kena-breadcrumbing-apa-sih-itu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke