Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tren Lempari Musisi di Atas Panggung Dipicu Pandemi dan Media Sosial

Harry Styles, Drake, Bebe Rexha dan Cardi B termasuk artis yang diinterupsi oleh penonton konser yang melemparkan benda ke arah mereka.

Ada yang membahayakan seperti Bebe Rexha yang dilempar dengan ponsel sehingga melukai wajahnya.

Sementara itu, Pink dilempari abu kremasi ibu salah satu penontonnya ketika konser di Australia.

Serangkaian kejadian ini membuat para artis harus mengingatkan penontonnya untuk tidak berperilaku buruk seperti Adele dan Kelly Clarkson.

Pandemi bikin orang berperilaku buruk

Jennifer Stevens Aubrey, profesor komunikasi di University of Arizona berpendapat ada dua faktor yang menciptakan tren negatif ini.

Pertama, orang-orang tidak berada dalam perilaku terbaiknya setelah absen cukup lama dari kehidupan publik akibat pandemi.

"Ada erosi yang nyata dari tata krama dan etiket di seluruh sektor, tidak hanya di konser," terangnya, dikutip dari Huffpost.

Selain itu, perilaku melempar barang ke panggung ini ada hubungannya dengan penguatan hubungan parasosial selama pandemi akibat media sosial.

Para penggemar merasa sangat mengenal para musisi tersebut sehingga beranggap memiliki persahabatan.

"Penggemar dibiarkan masuk ke dalam kehidupan informal sehari-hari dari banyak artis favorit mereka, membuat orang merasa mereka memiliki persahabatan satu arah yang agak intim dengan para artis ini," kata Stevens Aubrey.

“Lagipula, mereka sering 'berbicara' di ponsel mereka melalui video pendek ini. Di benak para penggemar, mereka adalah teman.”

Bahkan jika interaksi itu berarti melemparkan barang ke arah mereka sehingga mendapatkan perhatian.

"Melempar barang ke pemain bisa dianggap sebagai kekerasan, tapi interpretasi lain adalah tindakan putus asa," kata Stevens Aubrey.

"Seperti, ini adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk mendapatkan perhatian dari pemain."

Perilaku ini mirip dengan tragedi kematian John Lennon yang dibunuh oleh penggemarnya sendiri.

Mengejar sensasi media sosial

David Thomas, profesor studi forensik di Florida Gulf Coast University, mengatakan bahwa anonimitas yang diberikan oleh lokasi konser yang gelap dan kerumunan besar dapat mendorong perilaku buruk.

Media sosial juga amat berpengaruh karena memicu keinginan menjadi viral, termasuk dengan melakukan hal membahayakan.

“Banyak yang menemukan bahwa perhatian atau liputan media dalam bentuk apa pun untuk perilaku buruk atau baik itu bermanfaat,” kata Thomas, yang juga mantan petugas polisi dengan keahlian dalam psikologi massa.

“Tidak ada panggung yang lebih besar dari konser di depan 20.000 penggemar, belum lagi televisi dan media sosial,” terangnya.

“Perhatian yang diterima pelaku dengan mengorbankan artis lebih penting daripada menikmati konser atau kemungkinan cedera yang dapat ditimbulkan pada artis.”

“Tentunya hal yang lebih dramatis adalah para penggemar yang melempari wanita,” kata Paul Booth, seorang profesor media dan budaya pop di Universitas DePaul.

"Jika tren ini untuk perhatian, orang merasa berhak mendapatkan perhatian wanita, dan mungkin percaya bahwa wanita lebih cenderung memberikannya," kata Booth.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/09/114231520/tren-lempari-musisi-di-atas-panggung-dipicu-pandemi-dan-media-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke