Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Breadcrumbing dan Kenali Tanda-tandanya

KOMPAS.com - Di era yang semakin modern bersama kultur popnya, banyak istilah gaul yang muncul untuk mendeskripsikan sifat dan sikap problematik seseorang.

Tentunya kita semua sudah kerap mendengar kata ghosting, love bombing, dan bahkan trauma dumping terkait hubungan percintaan antara dua orang. Tapi apa kalian sudah pernah mendengar atau tahu arti dari breadcrumbing?

Ahli Psikologi, Susan Albers, PsyD, menjelaskan tentang apa sebenarnya breadcrumbing, kenapa istilah itu banyak digunakan, alasan orang-orang melakukannya, dan cara menghadapinya.

Sebenarnya apa itu breadcrumbing?

Bagi orang-orang barat, konsep meninggalkan jejak dengan remah roti (breadcrumbs) dikaitkan dengan dongeng Hansel and Gretel yang menggunakan remah roti untuk membuat jejak ketika memasuki hutan sehingga mereka dapat menemukan jalan pulang.

Namun dalam istilah saat ini, remah roti tersebut diibaratkan iming-iming atau harapan agar orang tertarik pada kita.

“Breadcrumbing adalah ketika kamu memberikan seseorang perhatian yang cukup untuk membuat mereka tetap tertarik dalam sebuah hubungan (atau hubungan tanpa status), tanpa keinginan untuk berkomitmen.” Jelas Dr. Albers. Hal ini merupakan taktik untuk membuat seseorang terikat.

Tidak hanya dalam hubungan asmara, breadcrumbing juga dapat terjadi dalam hubungan pekerjaan seperti ketika bos kamu memuji dan seolah menjanjikan kenaikan jabatan, tapi kamu tidak pernah mendapatkan hal itu.

Selain itu, breadcrumbing juga dapat ditemukan dalam teman yang tidak bertanggung jawab, keluarga yang manipulatif, dan juga pacar online yang belum pernah kamu temui.

Menurut Dr. Albers, yang menarik tentang breadcrumbing ini adalah bahwa fenomena ini menggunakan prinsip psikologi, intermittent reinforcement, yang mendeskripsikan siklus kecanduan layaknya perjudian.

Jika kamu berjudi dan kalah, kamu mungkin akan berhenti. Tapi jika kamu mengikutinya dan menang sesekali, kemungkinan kamu akan terus bermain.

Para breadcrumbers atau pelaku breadcrumbing biasanya melakukan sistem intermittent reinforcement ini dengan aksi seperti menjaga jarak dalam jangka waktu lama namun kadang mengirim pesan merayu, telepon, bahkan mungkin mengajak kencan, tapi tidak ada kemajuan.

“Breadcrumbing menciptakan campuran harapan dan kekecewaan,” tutur Dr. Albers.

Seperti apa rasanya breadcrumbing?

Jika kamu berada dalam situasi ini, kamu mungkin akan merasakan hal-hal seperti bingung, marah, meragukan diri sendiri, cemas, sedih, kesepian, merasa tidak cukup baik, malu, dan berharap.

Siapa yang rentan terhadap breadcrumbing?

Mungkin sudah banyak orang yang secara tidak langsung berada dalam situasi breadcrumb, tapi beberapa orang lebih rentan mengalami hal ini seperti mereka yang memiliki trauma masa kecil. Perhatian tidak konstan yang mungkin didapat ketika masih kecil menciptakan siklus berharap dan kecewa.

Selain itu para pecandu narkoba, orang-orang dengan kepercayaan diri yang rendah, dan yang memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, serta gangguan makan, dapat menjadi lebih rentan terhadap manipulasi emosi seperti breadcrumbing.

Kenapa orang-orang melakukan breadcrumbing?

Ketika ada pertanyaan tentang kenapa seseorang melakukan breadcrumbing, jawabannya akan sedikit rumit karena hal itu tergantung pada orang tersebut.

“Untuk beberapa orang, penyebabnya adalah sifat narsistik karena mereka ingin memiliki kontrol dan mendapatkan perhatianmu sehingga dalam kasus ini dapat dianggap sengaja,” terang Dr. Albers.

Namun, hal ini juga bisa karena rendahnya kepercayaan diri sehingga membutuhkan validasi. Jadi kesimpulannya, pelaku breadcrumbing mungkin saja tahu atau tidak tahu, juga peduli atau tidak peduli bahwa aksi mereka menyakiti. Pada akhirnya komunikasi, untuk mengetahui darimana asal sifat tersebut, adalah kunci.

Bagaimana cara berhenti melakukannya?

Sejauh ini kita sangat berfokus pada ‘korban’ breadcrumbing, tapi bagaimana jika kamu pelakunya?

“Seseorang mungkin tidak sadar memiliki kepribadian narsistik. Tetapi jika orang-orang di sekitarmu telah berulang kali memberitahumu pola ini, maka penting untuk menyadarinya,” catat Dr. Albers.

Ia juga menambahkan bahwa langkah selanjutnya adalah untuk memutuskan apakah kamu mau memperbaiki perilaku itu atau tidak. Penting untuk berefleksi pada perilaku diri sendiri.

Kamu tidak pantas di-breadcrumbing!

Mendapatkan perlakuan breadcrumbing bukanlah hal yang menyenangkan dan benar-benar dapat merusak harga diri. Mengubah atau keluar dari hubungan itu penting, tetapi merenungkan diri sendiri juga sama pentingnya.

“Cobalah untuk menilai mengapa kamu menerima begitu sedikit perhatian dari orang lain,” saran Dr. Albers. Situasi sulit bisa menjadi tanda bahwa kamu perlu meningkatkan harga diri dalam hubungan.

Cobalah untuk membuat daftar hal yang kamu inginkan dan layak kamu dapatkan untuk menghindari perlakuan breadcrumbing di hubungan selanjutnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/30/054905020/apa-itu-breadcrumbing-dan-kenali-tanda-tandanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke