Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu FOMO, Penyebab dan Dampaknya pada Kesehatan

Biasanya berkaitan dengan tren terkini di dunia maya, yang datang silih berganti.

Namun FOMO tak hanya sekadar fenomena sosial belaka karena bisa menggambarkan kondisi kesehatan mental seseorang.

Apa itu FOMO?

FOMO alias Fear of Missing Out adalah rasa takut ketinggalan.

Mengacu pada persepsi jika orang lain bersenang-senang tanpa melibatkan kita, mengalami hal lain atau menjalani hidup yang lebih baik daripada kita.

Era media sosial membuat FOMO semakin lazim yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental kita.

Misalnya saat melihatkan sekelompok teman pergi bersama di unggahan Instagram dan kita merasa tidak diajak.

Kita akhirnya bertanya-tanya soal kesalahan diri sendiri sehingga memicu rasa sedih, bersalah atau malu karena ditinggalkan.

Perasaan FOMO sering muncul berkaitan dengan orang terdekat meskipun bukan mustahil pada hubungan parasosial.

Saat melihat orang yang kita follow di media sosial melakukan hal keren yang berharap bisa kita lakukan, itu dapat berdampak jangka panjang pada kondisi emosional.

“Dengan kemajuan media sosial, orang-orang merasa tidak bisa lepas dari FOMO,” kata Amy Sullivan, PsyD, psikolog Cleveland Clinic.

FOMO tidak sepenuhnya terjadi akibat media sosial meskipun merupakan salah satu faktor terbesarnya.

FOMO bisa terjadi pada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

Penyebab FOMO

Orang-orang rentan mengalami FOMO jika memiliki kesehatan mental buruk atau self esteem yang rendah.

Berlaku pula pada orang yang memiliki citra tubuh pribadi buruk, gangguan kecemasan dan depresi, yang juga berdampak jangka panjang.

Padahal orang yang mengalami gangguan emosional biasanya menarik diri atau menghindari situasi tertentu tapi tetap berhubungan dengan orang lain lewat media sosial.

"Kita mempunyai kebutuhan bawaan untuk terhubung. Namun pada kasus seseorang yang mengalami kecemasan atau depresi, sebagian besar koneksinya mungkin melalui media sosial," urai Dr. Sullivan.

Ironisnya, penggunaan media sosial, dipengaruhi cara kita dan seberapa sering memakainya, sering kali meningkatkan risiko FOMO.

Ketika memiliki kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dan kita bergantung pada penggunaan media sosial, hal ini mungkin akan menambah parahnya gejala yang kita alami.

Studi juga menunjukkan bahwa FOMO adalah keadaan emosi negatif akibat kebutuhan keterhubungan sosial yang tidak terpenuhi.

“FOMO mungkin merupakan hal yang paling menyakitkan bagi remaja atau orang dewasa muda, khususnya karena mereka mencoba mencari tahu di mana mereka cocok dalam hidup dan kelompok apa yang cocok untuk mereka,” kata Dr. Sullivan.

Dampak FOMO pada kesehatan

Perasaan Fear of Missing Out (FOMO) dapat berdampak langsung pada kesehatan fisik, mental, dan emosional.

Gejala fisik yang dialami, meliputi:

  • Perut tegang dan mual.
  • Sakit kepala.
  • Tubuh pegal dan nyeri.
  • Jantung berdebar-debar dan detak jantung meningkat.
  • Perasaan tertekan secara emosional.

Secara mental dan emosional, kita makin sering mengalami pikiran yang mengganggu.

Tak jarang, FOMO membuat kita mudah terjebak siklus pembicaraan negatif soal diri sendiri sehingga makin sulit membentuk nilai diri dan self esteem.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/01/082921820/apa-itu-fomo-penyebab-dan-dampaknya-pada-kesehatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke