Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyelisik Kesehatan Mental dari Catur Murti R.M.P. Sosrokartono

Sebagai ilmu yang berkembang di Amerika dan Eropa, cara psikologi memandang mental yang sehat akan didominasi oleh pemikiran “barat”.

Pemikiran “timur” sebenarnya juga menyediakan berbagai pandangan tentang kesehatan mental, salah satunya pemikiran dari tokoh-tokoh Nusantara.

Dari Indonesia sebenarnya ada beberapa spiritualis yang pandangan atau ajarannya dapat digunakan untuk menyelisik kesehatan mental manusia, salah satunya adalah Raden Mas Panji Sosrokartono.

Sosrokartono adalah guru bangsa. Ia adalah kakak kandung R.A. Kartini. Kompas.com (2/10/ 2022) menyebut beliau sebagai poliglot yang berprofesi sebagai wartawan.

Pemikiran-pemikiran beliau luar biasa, lintas topik, kental semangat nasionalisme, dan kemanusiaan. Banyak tulisan, skripsi, tesis, dan buku yang telah mengupas kehidupan serta ajaran beliau.

Salah satu ajaran Sosrokartono yang dapat digunakan untuk menyelisik kesehatan mental adalah ajaran catur murti. Catur murti secara etimologis berarti empat wujud.

Catur murti merujuk pada empat perwujudan diri, yaitu pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan.

Melalui empat hal tersebut kita akan merepresentasikan diri; Orang lain juga menilai diri kita dari empat hal tersebut.

Secara sederhana pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan kita akan menggambarkan siapa diri kita. Melalui keempat hal tersebut, kita juga dapat melihat seberapa sehat mental kita.

Ajaran catur murti menekankan bahwa seseorang harus berpikir benar, merasa dengan benar, berkata benar, dan berbuat benar. Hal ini adalah syarat untuk menjadi manusia yang “linuwih”, atau sempurna.

Sebagai manusia yang "linuwih" atau sempurna, pastinya manusia yang masuk kategori ini juga sehat mental.

Menurut tesis Maulana (2017), keempat murti/wujud tersebut disebut BENAR hanya jika didasari cinta kasih serta belas kasih kepada Tuhan dan sesama.

Manusia “linuwih” ala Sosrokartono akan terus mengarahkan diri kepada Tuhan Sang Maha Kuasa, yang mana pengejawantahannya ada pada sikap kasih dan cinta sesama manusia.

Memikirkan diri sendiri; hanya bisa merasakan apa yang dirasakan diri sendiri; berkata-kata hanya demi diri sendiri, serta bertindak semata-mata untuk diri sendiri tidak akan membuat kita menjadi manusia yang “linuwih”. Hal semacam ini malah indikator bahwa kita sedang tidak sehat secara psikologis.

Merujuk pada prinsip kebenaran ala Sosrokartono, maka manusia yang sehat adalah manusia yang bisa menjadi manusia bagi manusia lainnya (“man for others” dan “man with others”).

Manusia yang sehat secara mental adalah manusia yang dapat memberi cinta dan kasih pada sesama.

Pada saat salah satu dari keempat murti (pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan) beroperasi hanya didasarkan kepentingan diri sendiri, maka pada saat itu sebenarnya ada yang “sakit” dari diri kita.

Orang yang sedang tidak baik-baik saja secara psikologis akan kesulitan memberi diri bagi orang lain. Mereka sedang melihat diri merekalah yang perlu “disembuhkan”, “diperbaiki”, “diperhatikan”, “dirawat”, “disempurnakan”, “dihargai”, dan lain sebagainya.

Tidak hanya benar dalam empat wujud diri, ajaran catur murti juga menuntut manusia yang “linuwih” untuk konsisten dalam pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan.

Hal ini berarti pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan harus sama; apa yang dipikirkan, itulah yang dikatakan; apa yang dirasakan, itulah yang dilakukan; dan seterusnya. Manusia yang sehat mental itu konsisten dalam perkataan, perbuatan, pikiran, dan perasaan.

Umum kita melihat seseorang (atau mungkin diri kita sendiri) yang memiliki sikap yang berbeda antara apa yang mereka katakan dan apa yang mereka pikirkan; banyak pula yang membuat perbedaan antara apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan, dan lain seterusnya.

Ini adalah salah satu indikasi bahwa diri sedang tidak baik secara psikologis. Perbedaan semacam ini terjadi karena empat perwujudan, yang telah disebutkan di awal, tidak seimbang; misalnya saat pikiran sedang sangat mendominasi hingga rasa yang kalah, atau saat perbuatan dan kata-kata dilakukan tanpa pikiran yang matang.

Sosrokartono memang bukan ilmuwan psikologi, tetapi ajaran catur murti beliau dapat kita gunakan sebagai acuan sehat mental ala “timur”.

Manusia yang sehat adalah manusia yang konsisten dalam pikiran, perkataan, perbuatan, dan perasaan; serta mengoperasikan keempatnya berlandaskan cinta kepada Tuhan dan sesama.

Berdasarkan standar ini, apakah saat ini Anda sehat mental?

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/02/071600120/menyelisik-kesehatan-mental-dari-catur-murti-rmp-sosrokartono

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke