Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanda Anak Punya Pertemanan Toksik dan Cara Mengatasinya

KOMPAS.com - Berteman adalah bagian yang penting dalam kehidupan anak. Sebagai orangtua tentu kita juga ingin agar mereka bisa membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Namun, bagaimana jika anak kita memiliki pertemanan yang toksik? Teman yang dianggap sebagai sehabatnya tidak peduli pada kepentingan terbaik anak kita.

Sebagai orangtua, kita mengenali sifat alami, sikap, dan kepribadian anak. Kita sering kali punya naluri tentang bagaimana keadaan anak-anak kita secara emosional, mental, dan fisik.

Jika ia terlibat dalam pertemanan tidak sehat, jangan abaikan perasaan itu. Ada baiknya meluangkan waktu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Psikolog klinis dan terapis keluarga Kim Virrueta menjelaskan tanda-tanda yang harus diwaspadai dari pertemanan anak kita seperti dipaparkan dalam familyeducation.com.

- Anak kita dipermalukan oleh temannya dengan merendahkannya di depan orang lain.

- Menggosipkan anak kita di belakangnya.

- Mengajak orang lain untuk menjauhi atau tidak berteman dengan anak kita.

- Cemburu dan iri dengan pencapaian atau hal positif yang dimiliki anak kita.

- Tidak menghargai barang milik atau ruang personal anak kita.

- Mengontrol apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak kita.

- Marah jika anak kita tidak melakukan yang diminta.

- Mengabaikan perasaan atau kebutuhan anak kita.

Virrueta mengatakan, berada di lingkungan pertemanan yang toksik berpengaruh besar karena bisa membuat anak menjadi tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak berharga.

"Komentar negatif, selalu dikritik, dibandingkan, dan perilaku manipulatif dari teman yang toksik bisa menyebabkan anak insecure. Anak akan mencari validasi dari luar," katanya.

Anak yang menjadi korban juga akan berupaya mencari mekanisme bertahan yang tidak sehat. Misalnya saja mengikuti kemauan teman yang toksik atau menekan perasaannya sendiri.

Dampaknya, anak akan menjauh dari kepribadiannya yang otentik dan kehilangan pandangan akan nilai dan moral yang sudah diajarkan.

Yang perlu dilakukan orangtua

Jika kita menyadari anak kita berada dalam pertemanan tidak sehat, sangat penting untuk mengajaknya berbicara dan membantunya keluar dari lingkaran itu.

"Salah satu cara efektif adalah mengajarkan anak untuk mulai membuat batasan. Kita bisa memberi contoh dengan persahabatan yang kita miliki," katanya.

Pada anak yang lebih kecil, kita bisa mengajaknya berdiskusi dengan mengambil contoh karakter dalam film atau buku cerita. Lalu, mulailah ajak mereka mengenali perasaan yang dimiliki dalam skenario kehidupan yang nyata.

Tak kalah penting adalah beri ruang untuk anak bersuara di rumah. Misalnya, ketika mereka tidak setuju pada sesuatu, dengarkan opininya dan ajak bicara mengapa mereka punya perasaan itu.

Mendorong anak untuk berani berbicara dan menyampaikan pendapatnya akan sangat membantu keterampilan sosialnya.

Menghadapi anak remaja

Ketika anak memasuki usia praremaja atau remaja, pertemanan mereka menjadi lebih rumit.

Ketika merasa anak memiliki pertemanan yang toksik, sebagai orangtua kita mungkin ingin terlibat. Namun, akan lebih bijak jika kita beri kesempatan pada anak untuk menyelesaikannya sendiri.

Hal ini akan memberi kesempatan anak belajar menyelesaikan masalah, membuat dan mengatur batasan, serta bersikap tegas.

Dari pada langsung menegur teman anak kita, lebih bijak jika kita membantu anak untuk mengembangkan rasa percaya dirinya dan mengenali mana perilaku yang baik dan tidak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/04/090500120/tanda-anak-punya-pertemanan-toksik-dan-cara-mengatasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke