Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kreasi Aksesori Cantik dari Biji Rudraksha

KOMPAS.com - Pernah mendengar biji jenitri atau rudraksha? Biji yang satu ini seringkali ditemukan sebagai kerajinan tangan atau oleh-oleh khas Kebumen, Jawa Tengah.

Tapi di tangan dosen desain interior dari Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Elliati Djakaria Sutjiawan, biji rudraksa diolah menjadi beragam kreasi aksesori cantik.

Mulai dari anting, gelang, kalung, cincin, hingga berbagai aksesori untuk wanita lain dari biji rudraksa dikemas apik dengan beragam warna menarik, yang bisa dijadikan sebagai pelengkap penampilan.

Berbagai inovasi dan kreasi aksesori itu dipamerkan dalam ajang Inacraft on October 2023 di Jakarta Convention Center (JCC).

"Memang di setiap pameran Inacraft kami bikin karya baru yang mana mau diekspos, seperti dari kayu, tulang sapi, batu-batuan, terkadang tanduk dan tahun ini biji rudraksha," kata Elliati kepada Kompas.com di JCC, Jakarta.

Berangkat dari tugasnya sebagai seorang pengajar dan pengabdian kepada masyarakat, pemilik jenama aksesori asal Bandung, Lori (Laras Ornamen Indonesia) melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari desa Pengaringan, Kebumen, Jawa Tengah yang sebelumnya terkenal akan hasil biji rudraksha yang melimpah.

Tapi pada saat itu tepatnya di tahun 2016, biji rudraksha yang dijadikan mata pencarian utama masyarakat sekitar hanya diekspor ke berbagai negara seperti India dan China dalam bentuk biji mentah.

Kebetulan dari kampusnya, desa tersebut menjadi daerah binaan untuk bisa dikembangkan hasil budidaya dari biji jentri.

Elli pun terpikirkan bagaimana caranya mengembangkan potensi itu dengan memberi bantuan dalam bentuk softskill, dan berkreasi dengan biji rudraksha agar menjadi produk kerajinan yang lebih bernilai.

"Melalui desa binaan ini kami berupaya supaya biji rudraksha tidak sekadar diekspor sebagai bahan mentah."

"Seiring berjalannya waktu, ada pelatihan sampai akhirnya kami berinovasi untuk membuat aneka kerajinan dari biji rudraksha," jelasnya.

Elli mengakui, makin hari desa tersebut juga memiliki biji rudraksha hasil perkawinan dengan pohon tertentu untuk menghasilkan biji rudraksha yang lebih berkualitas.

Ada ciri khas yang meliputi kualitas biji rudraksha yang bersih dan sangat ideal jika dijadikan produk ekspor.

"Saya ingin bawa biji ini untuk bantu menjual yang tidak hanya bijinya saja. Dengan dijadikan kreasi unik, saya berharap buyer orang luar (luar negeri) juga bertambah," kata Elli.

Genitri, jenitri atau rudraksha merupakan biji yang diambil dari buah tanaman Elaeocarpus Sphaericus Schum.

Tanaman ini merupakan jenis tumbuhan berbiji yang pohonnya bisa tumbuh hingga ketinggian 25-30 meter.

Batang pohonnya tegak dan bulat berwarna coklat, sementara daunnya bergerigi di sepanjang bagian tepinya dan meruncing di bagian ujung.

Buah genitri berbentuk gandul (bulat dan kecil) dengan diameter sekitar 2 cm, kulit buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan akan berubah menjadi biru cerah ketika sudah matang.

Di India, negara yang paling banyak menggunakan buah ini, pohon jenitri juga tumbuh subur dan disebut sebagai tanaman rudraksha.

Orang Hindu meyakini pohon rudraksha tumbuh berkat adanya tetesan air mata Dewa Siwa yang jatuh di atas tanaman tersebut.

"Menurut kepercayaan ya, penggunaannya memberikan ketenangan ketika dipakai melingkar. Makanya banyak kreasi rudraksha untuk jadi gelang atau kalung juga," kata Elli.

Sekali pun merupakan negara yang paling banyak memanfaatkan genitri, India bukanlah penghasil buah yang satu ini.

Negara yang paling banyak menghasilkan buah jenitri adalah Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.

Bahkan Elli juga sempat menjalani studi untuk membantu desa binaan lain di Papua dan juga banyak ditemukan biji rudraksha yang tidak dimanfaatkan dengan baik.

"Bijinya kalau di Papua itu besar-besar, punya keunikan tersendiri," papar Elli.

Biji rudraksha memiliki warna asli coklat tua dan punya aroma atau harum yang khas.

Ya, saat Kompas.com mencium aroma aslinya dari dekat, memang tercium aroma woody yang khas. 

Sampai pada akhirnya, jenama aksesori asal Bandung, Lori turut membuat kreasi dari biji rudraksha yang juga diambil dari kawasan Bandung.

"Di Bandung biji ini dianggap sebagai pohon pelindung Bandung, tapi banyak ditebang," katanya.

Dulu, kreasi biji rudraksha ini dirancang sebagai aksesori dengan menampilkan warna coklat alaminya.

Tapi seiring waktu, Elli mengolahnya untuk menjadi aksesori perempuan agar lebih terlihat menarik, merancangnya dengan desain unik dan pewarnaan ramah lingkungan dan waterbased.

"Saya membawa karakter saya sendiri dalam desain dengan bermain warna."

"Dari sisi pelanggan juga bervariasi, ada yang lebih sadar ke alam, mereka menyukai warna yang natural, tapi ada juga yang suka jika dikemas dengan warna-warna menarik," papar dia.

Dalam merancangnya sebagai aksesori cantik, Elli juga kerap menemukan sejumlah tantangan, yaitu karena biji rudraksha alami tidak memiliki bentuk dan ukuran yang sama.

Bentuknya juga tidak selalu bulat, sehingga saat merancangnya cukup memakan waktu dan jadi pekerjaan yang menguras tenaga.

"Ukurannya ada yang besar dan kecil, kemudian teksturnya juga beragam. Saya coba kombinasikan dan desain sedemikian rupa agar tetap cantik. Kadang-kadang itu juga menjadi kendalanya," ucap Elli.

Dia sengaja mengolah biji rudraksha ini dengan beragam warna dan siluet kekinian agar bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa bentuk aksesorinya juga ada yang dibuat dalam siluet elegan yang dapat digunakan selayaknya aksesori cantik pelengkap penampilan.

Berbagai koleksi aksesori cantiknya dibanderol mulai dari Rp 100.000-300.000 per buahnya.

Selain rudraksa, beberapa aksesori lain yang juga menjadi ciri khas Lori adalah kreasi aksesori berbasis bahan natural dan alami lain.

Ada batu-batuan dan tulang sapi, terkadang mereka juga menampilkan aneka aksesori dari kerang. 

Kreasi yang dibuat Elli melalui jenama Lori sebagian besar berangkat dari tugas dan visinya sebagai seorang pengajar untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan penghasilan mereka.

Elli juga bercerita saat dirinya mengolah berbagai aksesori cantik dari tulang sapi yang merupakan hasil limbah dari kawasan Bandung Timur.

"Di sana juga kami membina perajin untuk mengembangkan tulang sapi ini menjadi kreasi yang bernilai."

"Hal itu pun seiring dengan filosofi kami untuk membawa perajin agar bergerak bersama-sama memajukan Indonesia ya," tutur Elli.

Berkat eksistensi jenama Lori dalam mengolah dan membuat kreasi dari bahan alam, Lori juga sempat meraih penghargaan Inacraft Award di tahun 2011.

Belakangan ini, beberapa kreasinya termasuk aksesori berupa bebatuan alam, tulang sapi hingga rudraksha juga sempat tampil di berbagai pameran berskala internasional seperti Malaysia hingga Jerman.

"Kalau Malaysia atau negara Asia lain mungkin aksesori natural kayak gini masih diterima dengan baik."

"Tapi sayangnya waktu di Berlin, saya merasa seperti salah pangsa pasar."

"Di Jerman kurang masuk dan aksesori seperti ini seperti terasa kurang pas, tapi kalau saya lihat kalau masuk di pasar Eropa Selatan pasti akan diterima," sebut dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/07/180000220/kreasi-aksesori-cantik-dari-biji-rudraksha

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke