Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketangguhan Sepeda Bambu Spedagi Diuji, 12 Hari Belah Jepang 2.700 Km

Kala itu, Jokowi dan Albenese bersepeda berdampingan mengelilingi halaman Istana Bogor dengan mengendarai sepeda bambu Spedagi produksi Temanggung, Jawa Tengah.

Tak bersalang lama, jagat media sosial pun kala itu dibanjiri dengan pembahasan soal sepeda unik berbahan bambu kreasi Singgih Susilo Kartono tersebut.

Lalu, di awal tahun 2023 ini, Spedagi yang tak lain adalah kependekan dari "Sepeda Pagi", diuji untuk menempuh perjalanan sejauh 2.100 kilometer dari Jakarta menuju Ngada, NTT.

Kini, kabar terbaru datang dari ajang endurance ultra cycling Japanese Odyssey 2023, yang menempuh jalur sejauh 2.700 kilometer dengan cut of time (COT) selama 12 hari.

Selasa pagi (24/10/2023), sebanyak 57 sepeda dari 15 negara melintasi garis start di Kagoshima di kaki Gunung Sakurajima, ujung selatan Pulau Kyusu.

Para pesepeda menuju Observatorium Ashigezaki di Hachinohe, dengan melintasi 15 checkpoint dan segmen wajib yang akan membawa ke jalur pegunungan dan daerah terpencil.

Nah, salah satu dari tiga pesepeda Indonesia yang ambil bagian dalam ajang ultra cycling ini menggunakan sepeda bambu Spedagi tipe gravel, Dalantrasah.

"Rider-nya Wisli Sagara. Saya kuatnya merancang sepedanya, gowesnya gak kuatlah kalau jarak jauh segitu," kata Singgih seraya tertawa, dalam perbincangan dengan Kompas.com, Selasa malam WIB.

Mereka menyelesaikan tantangan di ajang tersebut juga dengan menggunakan sepeda bambu Spedagi. Namun kala itu, Wisli mengendarai varian roadbike, Dalanrata.

Sementara, varian Dalantrasah merupakan produk sepeda bambu gravel terbaru dari Spedagi.

Menurut Singgih, varian ini didesain untuk bersepeda di jalanan berkerikil dan jarak jauh.

Perjuangan Wisli bersama Spedagi membelah pulau terbesar di Jepang dapat dipantau secara realtime di situs japaneseodyssey2023.

Sebelum menuju garis start Japanese Odyssey di Kagoshima, Singgih memberikan kuliah di Kuwasawa College of Design, Musashino Art University, dan Tokyo College of Cycle Design.

"Saya memberikan kuliah di beberapa kampus desain di Tokyo, bertemu dengan tim Spedagi Japan, juga beberapa pihak terkait bambu," kata Singgih.

Sepeda kreasi Singgih pernah mendapat penghargaan Gold Award tahun 2018 di ajang bergengsi G-mark Good Design Award.

Sejak saat itu, komunitas penggemar sepeda bambu pun terbentuk di Jepang.

Kunjungan ini, menurut Singgih, adalah bagian dari kampnye global "Kayuh untuk Bumi", untuk sepeda bambu Indonesia.

Rangkaian acara ini diselenggarakan oleh Spedagi, yang bekerjasama dengan Pertamina, dan Yayasan Bambu Lestari.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/25/095603520/ketangguhan-sepeda-bambu-spedagi-diuji-12-hari-belah-jepang-2700-km

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke