Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pendidikan Seksual pada Anak Bukan Hal Tabu

KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pendidikan seksual pada anak bukanlah hal yang tabu.

Hal itu ditegaskannya karena pendidikan seksual tidak sebatas hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi juga mengenalkan organ reproduksi.

"Penting dipahami bersama bahwa pendidikan seksualitas bukan cara berhubungan seks semata, melainkan dalam arti positif yaitu membekali pengetahuan kesehatan reproduksi untuk mencegah agar masalah seksualitas tidak terjadi," ujar Hasto, seperti dikutip dari Antara.

Pendidikan seksual dinilai penting salah satunya untuk mencegah anak menjadi korban kasus kekerasan seksual.

Berdasarkan data Komnas Perempuan tahun 2019, tercatat dari 2.341 kasus kekerasan terhadap anak perempuan, ada 770 kasus merupakan hubungan inses (sedarah), 571 kekerasan seksual, 536 kekerasan fisik, 319 kekerasan psikis, dan 145 kekerasan ekonomi.

Adapun hal ini diungkapkannya ketika menjadi narasumber dalam Kelas Pranikah Seri Tiga yang dilaksanakan secara daring pada Jumat (19/1/2024) yang menyasar para pasangan calon pengantin dan pasangan keluarga muda yang belum hamil.

Ia menyoroti adanya kekeliruan di masyarakat bahwa pendidikan reproduksi dan seksualitas bagi calon pengantin hanya tentang cara berhubungan seksual.

Hal itu membuat orang enggan mengenalkan pendidikan reproduksi dan seksual pada anak sejak dini karena dianggap tabu.

"Kita semua harus tahu bahwa ada 12 hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi yang dilindungi oleh peraturan internasional. Banyak orang yang berencana hamil, tetapi tidak tahu seperti apa proses kehamilan terjadi. Bagaimana ia bisa melindungi hak-haknya? Hak untuk hidup mestinya dimiliki, bahkan sejak embrio," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, ia berpesan pada calon pengantin agar tidak menikah terlalu muda karena cukup banyak risiko pada kehamilan ibu dengan usia muda.

Risiko tersebut termasuk robek jalan lahir, pendarahan, yang dalam jangka panjang bisa berakibat kanker mulut rahim dan tulang mudah keropos ketika menopause.

"Idealnya hamil di usia 20 tahun ke atas," ungkapnya.

Secara terpisah, Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi juga mengimbau orangtua untuk membekali anak dengan pendidikan seksual dan tidak menganggapnya tabu.

Justru, kata dia, memberikan pendidikan seksual sejak dini membuat anak lebih paham tentang hal apa yang harus dilakukannya jika mendapatkan perlakuan tidak baik.

"Kita ajarkan ke anak-anak kita untuk bisa memberikan tameng pada diri mereka kalau terjadi apa-apa," ucap Rose Mini, seperti dikutip Antara.

Ia menambahkan, pendidikan seksual pada anak bisa diawali dengan pengenalan anggota tubuh dan mengajarkan anak cara membersihkan diri secara mandiri usai buang air.

Kemudian, saat remaja, anak perlu diajarkan cara menjaga dan membersihkan anggota tubuh yang sensitif.

Anak menurutnya juga harus diajarkan untuk membedakan sentuhan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang lain kepada mereka.

Mereka juga perlu diajarkan tentang hal yang harus dilakukan bila mendapat perlakuan tersebut.

"Ajarkan bahwa tidak semua orang baik. Mereka juga harus tahu sentuhan mana yang boleh dan yang tidak boleh," tuturnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/01/23/090611720/pendidikan-seksual-pada-anak-bukan-hal-tabu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke