Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Faktor Penyebab Childfree Menurut Ahli 

KOMPAS.com -  Fenomena childfree di Indonesia semakin bertambah dalam empat tahun terakhir. Fakta tersebut tertuang dalam kajian Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), dalam artikel DATAin Edisi 2023, bertajuk Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia. 

“Persentase perempuan childfree di Indonesia cenderung meningkat dalam empat tahun terakhir. Meskipun prevalensinya sedikit tertekan di awal pandemi Covid-19, namun persentasenya kembali menanjak di tahun-tahun berikutnya,” bunyi artikel DATAin BPS tersebut yang ditulis oleh Yuniarti dan Satria Bagus Panuntun, dikutip Kompas.com, Minggu (17/3/2024). 

Kajian DATAin BPS tersebut, menganalisis fenomena childfree di Indonesia dari sisi maternal, menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022. Menariknya, jumlah perempuan yang memilih childfree cenderung naik selama empat tahun terakhir. 

Persentase perempuan yang memilih childfree pada 2019 sebesar 7 persen, berdasarkan data Susenas yang diolah oleh BPS. 

Persentasenya sempat turun pada 2020 menjadi 6,3 persen. Tidak butuh waktu lama, jumlah perempuan yang memilih childfree kembali bertambah pada 2021 menjadi 6,5 persen. 

Memasuki 2022, persentase perempuan yang memilih childfree menjadi 8,2 persen. 

“Menurut hasil Susenas 2022, persentase perempuan childfree di Indonesia saat ini sekitar 8 persen, hampir setara dengan 71.000 orang,” bunyi kajian DATAin BPS.

Fokus kajian ini adalah perempuan berusia 15- 49 tahun yang pernah menikah, namun belum pernah melahirkan anak dalam keadaan hidup. Dalam Susenas 2022, pertanyaan terkait anak ini diberikan khusus kepada mereka yang tidak menggunakan alat KB. 

Untuk diketahui, childfree mengacu pada individu dewasa atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui proses adopsi. 

Childfree tidak ada kaitannya dengan kesehatan fertilitas seseorang, tetapi murni karena pilihan hidup.

Penyebab orang memilih childfree

Lantas, apa penyebab orang Indonesia memilih childfree? Simak ulasannya berikut ini menurut para ahli. 

Psikolog, Dr. Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi., menuturkan, childfree bukanlah fenomena yang baru terjadi. Bahkan, beberapa negara sudah mengalami penurunan angka kelahiran akibat childfree, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Perancis. 

"Kondisi tanpa anak secara sukarela atau voluntary childfree merupakan salah satu pilihan hidup seseorang,” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com. 

1. Belum siap menjadi orangtua 

Menurut Pingkan, salah satu penyebab childfree adalah individu belum siap menjadi orangtua, dengan berbagai alasan. 

“Pilihan ini (childfree), bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya, merasa belum siap menjadi orangtua karena masalah kesehatan mental atau pengalaman buruk di masa kecil,” tuturnya. 

2. Punya tujuan lain 

Adapula individu yang memilih childfree karena memiliki tujuan atau impian lain dalam hidup. Misalnya, fokus melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, fokus pada karir, dan memprioritaskan waktu berdua suami atau istri. 

3. Perempuan punya pilihan 

Menurut Pingkan, sejalan dengan perkembangan zaman dan kemudahan penyebaran informasi, perempuan makin memiliki pilihan dalam hal keturunan. 

“Di level masyarakat, saya mengamati bahwa kemudahan mendapatkan informasi dan pergeseran peran gender menjadi lebih egaliter, dapat membuat seseorang (khususnya perempuan) menyadari bahwa ia dapat memilih punya atau tidak punya anak,” tuturnya. 

Pilihan perempuan tersebut, didukung dengan kehadiran komunikasi yang mendukung pilihan childfree. Oleh sebab itu, dapat memperbesar kemungkinan perempuan memilih childfree lantaran merasa tidak berdiri sendiri.

4. Pertimbangan ekonomi 

Dikonfirmasi terpisah, Founder Pembelajar Hidup dan Life Coach, Deny Hen, mengatakan salah satu faktor penyebab childfree adalah pertimbangan ekonomi. Tidak dipungkiri, membesarkan anak membutuhkan biaya yang tinggi, mulai dari perlengkapan sehari-hari hingga biaya pendidikan. 

“Tingginya biaya membesarkan seorang anak menyebabkan seseorang merasa tertekan jika harus punya anak,” ujar Deny Hen saat dikonfirmasi Kompas.com.

Faktnya, lanjut Deny Hen, terjasi penurunan tingkat kelahiran ketika resesi ekonomi terjadi di berbagai negara. 

“Banyak yang merasa memiliki anak itu merupakan beban finansial yang besar sehingga memutuskan untuk menunda atau childfree,” imbuhnya. 

5. Trauma masa kecil 

Trauma masa kecil juga bisa menjadi salah satu penyebab seseorang memilih untuk childfree saat dewasa. Trauma masa kecil tersebut seperti memiliki orangtua yang kerap bersikap kasar, melakukan KDRT, tidak peduli dengan anak, dan sebagainya. 

“Ada ketakutan bahwa ia dapat menikahi seseorang yang sama buruknya sehingga ia akan menderita, atau kekhawatiran kalau punya anak, maka anaknya juga akan menderita seperti dirinya,” tuturnya. 

“Atau takut dirinya sendiri tidak akan mampu membesarkan anak dengan baik,” imbuh Deny Hen. 

Trauma masa kecil juga bisa berasal dari pengalaman hidup dalam kesulitan dan kemiskinan selama masa kanak-kanak. Dampaknya, saat dewasa seseorang cenderung tidak berani menerima tanggung jawab besar sebagai orangtua lantaran khawatir anaknya kelak mengalami kondisi serupa. 

6. Pandangan soal anak 

Sejalan dengan perkembangan kehidupan modern, ada pandangan yang menilai bahwa anak merupakan sumber stres daripada panggilan atau sumber kebahagiaan. 

Individu tersebut mungkin melihat dari pengalaman orang di sekitar, baik orangtua mereka maupun kerabatnya, yang kesulitan dalam membesarkan anak. Misalnya, anak yang dibesarkan justru sulit menuruti perintah orangtua, tidak sopan, membuat masalah, dan sebagainya. 

“Hal ini membuat mereka tidak berminat memiliki anak dan berpikir bahwa mereka bisa lebih bahagia jika tidak memiliki anak,” jelas Deny Hen. 

Sebagian orang juga berpikir bahwa, memiliki anak berarti lebih sedikit kesenangan dalam hidup. Sebab, hidup mereka akan berkutat dengan mengasuh dan membesarkan anak. 

“Anak seakan-akan hanya menjadi salah satu pilihan untuk hidup bahagia dan bukan lagi panggilan hidup,” imbuhnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/03/17/132000220/6-faktor-penyebab-childfree-menurut-ahli-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke