Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menopause Berseri dengan Drospirenone dan Estradiol

Kompas.com - 11/01/2008, 00:01 WIB

MEMASUKI masa menopause, wanita menghadapi berbagai risiko kesehatan. Di antaranya risiko hipertensi meningkat dua kali lipat, gangguan jantung, depresi, dan sebagainya. Namun, kombinasi Drospirenone dan Estradiol diyakini akan membuat nyaman saat wanita memasuki usia itu.

Jumlah wanita pascamenopause di dunia akan mengalami peningkatan. Diperkirakan para wanita ini bakal menghabiskan lebih dari sepertiga hidupnya dalam masa menopause. Berarti, akan terjadi peningkatan masalah kesehatan yang terkait dengan penurunan hormon estrogen. Kombinasi drospirenone dan estradiol menjadi pilihan terbaru untuk terapi sulih hormon. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya menstruasi secara permanen akibat tidak bekerjanya folikel ovarium. Pada usia 35-45 tahun, hormon estrogen pada wanita sebenarnya sudah mulai mengalami penurunan. 

Kekurangan estrogen pada wanita pascamenopause secara signifikan menyumbang kejadian hipertensi dan penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian pada masyarakat di negara barat. Saat memasuki masa menopause, risiko hipertensi naik hingga dua kali lipat. 

Usia perimenopause berkisar antara 46-55 tahun. Begitu disebutkan oleh Prof. DR. Dr. Ichramsjah A. Rachman, Sp.OG(KFer), Ketua Perkumpulan Menopause Indonesia (PB Permi) dalam HRT Expert Meeting yang diselenggarakan Schering di Yogyakarta, Januari lalu. Pramenopause biasanya dimulai pada usia 46 tahun, berlanjut masa menopause di umur 50, dan pascamenopause di usia 50-55 tahun. 

Beragam gejala menyertai masa menopause. Di antaranya gejala vasomotor, gangguan tidur, mood, depresi, atrofi saluran kemih, meningkatnya risiko kelainan seperti osteoporosis, penyakit jantung koroner, dan penurunan fungsi kognitif. 

"Diperkirakan, jumlah wanita pascamenopause di dunia akan meningkat. Dari sekitar 476 juta jiwa di tahun 1990 menjadi 1,2 miliar jiwa pada tahun 2030," ujar Prof. Ichramsjah. 

Sayangnya, penggunaan sulih hormon di negara-negara Asia, terutama Indonesia, masih terbatas. Sangat berbeda dengan negara barat. Dikatakan Prof. Ichramsjah, di tahun 1997, untuk kawasan Asia Tenggara, telah dibuat konsensus penggunaan terapi sulih hormon dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada masing-masing pasien. 

Mendekati Progesteron Alami
Kombinasi terapi sulih hormon yang terbaru adalah estradiol dan drospirenone. Drospirenone (DSRP) merupakan progestogen baru yang mempunyai farmakodinamik serupa dengan progesteron alami. DSRP yang merupakan turunan dari 17a spironolakton, progestin baru dengan antialdosteron dan antiandrogenik. 

Dengan afinitas tinggi dalam mengikat reseptor aldosteron, berpotensi mengurangi efek samping estrogen seperti penambahan berat badan serta meningkatnya tekanan darah dan suasana hati. Secara keseluruhan, disebutkan oleh Dr. T. Agoestina, Sp.OG, dari Perkumpulan Menopause Indonesia, drospirenone mempunyai aktivitas mendekati progesteron alami dibandingkan dengan progestin sintetis lainnya. Kombinasi antara DRSP dan estradiol akan bekerja secara sinergi dalam hal kesehatan kardiovaskuler. Sifat dari DSRP berpotensi menghambat efek yang berlawanan dari aldosteron pada sistem kardiovaskuler.  

Dr. Jetty H. Sedyawan, Sp.JP, dari FKUI/RSCM, menambahkan bahwa kombinasi drospirenone dengan estradiol yang digunakan sebagai terapi sulih hormon juga mempunyai efek antihipertensi pada perempuan menopause yang menderita hipertensi. 

Penelitian yang dilakukan oleh White W.B. dkk. tahun 2005 menunjukkan hal tersebut. Sebanyak 213 perempuan menopause dengan hipertensi derajat 1 dilibatkan dalam penelitian tersebut selama 12 minggu. Setelah diberi kombinasi drospirenone 3 mg dengan 17? estradiol 1mg, tekanan sistolik menurun 14,1 mmHg dan diastolik turun 7,9 mmHg. 

Hal serupa juga ditunjukkan dari penelitian Oelkers W.H., 2005. Terjadi penurunan tekanan sistolik rata-rata 12,5 mmHg dan tekanan diastolik turun rata-rata 9,4 mmHg setelah diberi drospirenone 2 mg yang dikombinasi dengan 17? estradiol 1 mg pada perempuan dengan hipertensi. 

Sementara itu, pada perempuan yang tidak menderita tekanan darah tinggi, terjadi penurunan tekanan sistolik rata-rata 1,8 mmHg dan diastolik 3,8 mmHg.

Kepadatan Tulang Meningkat
Drospirenone juga bermanfaat dalam pencegahan osteoporosis. Begitu yang dikatakan Dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG, dari FKUI/RSCM, merujuk sebuah penelitian yang dilakukan oleh Warming L. Warming secara acak selama dua tahun meneliti 240 wanita yang mengalami setidaknya satu tahun pascamenopause dengan rentang usia 45-65 tahun. Namun, hanya sekitar 75 persen saja (180 responden) yang menyelesaikan penelitian tersebut. 

Keseluruhan responden dibagi dalam empat kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 60 orang. Kelompok I mendapat 1 mg 17? estradiol dan 1 mg drospirenone, kelompok II 1 mg 17? estradiol dan 2 mg drospirenone, kelompok III 1 mg 17? estradiol dan 3 mg drospiernone, sedangkan satu kelompok lagi diberi plasebo. 

Kelompok yang diberi estradiol dan drospirenone, kepadatan tulang belakang meningkat, kelompok III naik hingga 7 persen dalam waktu 24 bulan. Sementara pada kelompok plasebo, kepadatan tulang menurun hingga 2 persen.
Kenaikan kepadatan tulang juga terjadi pada bagian pinggul (meningkat 4 persen), dan seluruh tubuh, rata-rata sekitar 3 persen untuk ketiga kelompok. Hasil penelitian tersebut terungkap dalam Climacteric, 2004. 

Dengan demikian, satu mg 17? estradiol ditambah drospirenone akan mencegah terjadinya kehilangan tulang pascamenopause. Kolesterol total dan LDL juga menurun hingga 8 persen dan 13 persen.  Tidak ada kasus pembesaran endometrium atau kanker endometrium yang terjadi. Walau begitu, menurut Dr. Andon, penelitian lanjut dari penggunaan kombinasi tersebut sebaiknya dilakukan guna mengetahui efek lain yang kemungkinan bisa timbul. 

Pemantauan Teratur
Lebih dari itu, "Indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah adanya keluhan menopause seperti hot flush. Di Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya kepada pasien menopause dengan keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun," kata Prof. Ichramsjah. 

Terapi sulih hormon dilakukan dengan memberikan hormon estrogen atau kombinasi estrogen-progesteron pada wanita usia perimenopause. Menurut Prof. Ichramsjah, wanita yang masih memiliki uterus atau rahim bisa diberi kombinasi estrogen-progesteron, sedangkan yang sudah tidak memiliki rahim sebaiknya cukup sediaan estrogen saja.

"Sulih hormon ini diberikan selama pasien memerlukan disertai dengan pemantauan teratur seperti pap smear, mamografi atau USG payudara, dan pemeriksaan densitas tulang," ujar Prof. Ichramsjah.  Diskusi antara dokter dengan pasien tetap perlu dilakukan guna mempertimbangkan keuntungan serta kerugian dari penggunaan terapi sulih hormon. 

Menghilangkan Keluhan
Menurut Prof. DR. Dr. Ichramsjah A. Rachman, Sp.OG(KFer), ada beberapa manfaat dari penggunaan drospirenone. 
- Mencegah retensi (menahan) air. 
- Mencegah kenaikan tekanan darah pada perempuan dengan hipertensi ringan. 
- Mencegah terjadinya osteoporosis pada pascamenopause.
- Bebas dari perdarahan (spotting).
- Menormalkan metabolisme lemak.
- Menghilangkan sekitar 90 persen keluhan menopause.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com