Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepikiran Si Dia yang Bukan Suami Anda

Kompas.com - 15/04/2009, 18:29 WIB

KOMPAS.com - Setelah bertemu seorang klien minggu lalu, mendadak pikiran Anda tak bisa lepas dari pria ini. Matanya yang tajam saat berbicara dengan Anda, obrolan yang intens mengenai apa saja, suara baritonnya, bahkan wangi tubuhnya pun masih dapat Anda rasakan. Anda yang semula merasa jenuh dengan pekerjaan, mendadak merasa segar kembali. Namun pada saat yang sama Anda merasa bersalah: Kenapa sih saya terus memikirkannya, padahal saya mencintai suami saya?

Anda bahkan tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pantas dengan pria tersebut, namun Anda merasa panik dengan perasaan Anda sendiri.

Apa yang Anda alami ketika suatu rasa tertarik yang amat-sangat mendera Anda, adalah suatu perubahan seismik pada kimia otak, demikian menurut Helen Fisher, Ph.D., seorang profesor peneliti anthropologi di Rutgers University dan penulis Why Him? Why Her? Finding Real Love by Understanding Your Personality Type. Sepuluh tahun lalu, Fisher mulai melakukan pemetaan aktivitas otak dari orang-orang yang merasa berbunga-bunga oleh suatu daya tarik baru yang kuat. Ia mendapati bahwa tahap awal dari cinta romantis membuat Anda merasa melambung tinggi. Otak melepaskan hormon dopamine dalam jumlah besar, yang dapat menghasilkan energi luar biasa, euforia, dan pikiran yang obsesif.

"Naksir pria yang sekantor dengan Anda, atau Anda temui secara rutin itu seperti seorang chocoholic yang selalu disuguhi kue cokelat setiap hari," ujar Fisher.

"Kue" ini akan menjadi berbahaya, karena, "Jika Anda memanjakan perasaan tersebut, bahkan berfantasi atau flirting secara kasual, itu sudah menjadi semacam pengkhianatan," papar Jackie Black, Ph.D., seorang konsultan relationship di Los Angeles, dan penulis Meeting Your Match.

Namun hal ini tidak berarti tidak bisa diatasi. Bila Anda tiba-tiba merasa sangat tertarik dengan seseorang, ada beberapa hal yang perlu Anda tanyakan pada diri sendiri:

Mengapa sekarang? Menurut Mira Kirshenbaum, Ph.D., direktur klinis Chestnut Hill Institute di Boston, dan penulis When Good People Have Affairs, rasa tertarik seringkali muncul ketika kita dihadapkan pada suatu perubahan. Coba cermati, apakah saat ini Anda sedang merasa terjebak dengan pekerjaan? Apakah Anda sedang menghadapi konflik dengan orangtua, atau mertua? Jika Anda sudah bertunangan dan siap menikah, apakah Anda khawatir status istri akan mengurangi kesempatan Anda flirting dengan pria-pria manis di luar? Masuk akal jika Anda tertarik dengan pria yang flirting dengan siapa saja, karena pria seperti ini menampakkan kepercayaan diri secara seksual, sesuatu yang Anda khawatir akan hilang dari diri Anda jika Anda menikah nanti.

Mengapa dia? Ketika Anda merasa mendadak lemas saat bertemu dengan art director yang hendak mempresentasikan konsep iklan dari produk perusahaan Anda, cobalah untuk mengarahkan atribut pada dirinya yang membuat Anda suka. Apakah perhatiannya, selera humornya, atau kemampuannya berbicara? Buatlah agar Anda dapat memelihara hal tersebut pada diri Anda.

"Hal itu umumnya akan membuat Anda harus melakukan hal-hal yang biasanya tidak Anda lakukan," jelas Noelle Nelson, Ph.D., psikolog dan penulis Your Man Is Wonderful. "Jika Anda tertarik dengan seseorang yang jadi pusat perhatian di sebuah pesta, misalnya, maka ini saatnya Anda keluar dari cangkang. Jadilah tuan rumah dari acara kumpul-kumpul, atau berjanji untuk memperkenalkan diri Anda ke setidaknya satu orang baru di setiap acara gathering yang Anda hadiri." Singkatnya, lupakan pria tersebut, dan fokuslah pada apa yang benar-benar Anda inginkan terjadi pada diri Anda.

Tentu saja hal ini tidak mudah. Yang sering terjadi, kita justru makin terpikat, dan mulai menikmati pertemuan dengan pria baru ini. Di lain pihak, akan sulit menyadari bahwa penyebab ketertarikan ini terjadi adalah karena Anda sedang memiliki problem, dan harapan yang tidak realistis tentang cinta yang mengobarkan perasaan Anda pada karyawan baru ini.

Ceritakan pada pasangan
Cara terbaik untuk mencegah perasaan terlarang ini adalah dengan berkomunikasi dengan pasangan, kata Pepper Schwartz, Ph.D., seorang profesor sosiologi di University of Washington. Katakan pada suami atau pasangan Anda, "Aku ingin kita bisa tetap mesra. Kamu bilang ya, kalau kamu merasa bosan atau mulai merasa hubungan ini datar-datar saja. Janji ya, kita harus berusaha terus mesra." Kejujuran semacam itu akan menyadarkan pasangan bahwa ia bisa membicarakan apa saja dengan Anda.

Satu rahasia lainnya yang perlu Anda ingat, hanya karena Anda dan suami sudah melihat diri Anda telanjang satu sama lain, tidak berarti Anda tidak bisa tertarik lagi pada pasangan. "Studi menunjukkan bahwa melakukan sesuatu yang menarik, atau tidak terduga dengan pasangan, bisa menciptakan sensasi seperti saat baru bertemu," ujar Helen Fisher. Mengunjungi kota baru, makan malam di rooftop cafe, atau berhubungan intim di sofa yang baru Anda beli, juga dapat melepaskan dopamine. Hal ini dapat menipu otak Anda ke dalam "crush mode", dan menciptakan suatu skenario yang langka, di mana Anda bisa mendapatkan "kue cokelat" dan menikmatinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com