Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Waralaba atau Usaha Sendiri?

Kompas.com - 03/06/2009, 17:06 WIB

KOMPAS.com - Soto Mie Leo Dozan, Kebab Baba Rafi, Sinar Garut, Bengawan Solo Coffee.... Hm, bisnis food & beverage rasanya memang tidak pernah sepi. Anda pun jadi tertarik untuk memulai usaha sendiri di bidang ini. Tetapi mungkin Anda masih bingung antara merintis usaha sendiri, atau membeli franchise (waralaba) dari usaha yang sudah ada dan cukup dikenal (seperti singkong keju, donat kentang, jagung manis, dan lainnya). 

Sebetulnya mana yang lebih menguntungkan dan aman bagi pemula di bidang wirausaha, merintis usaha sendiri atau membeli franchise? Jika membeli franchise dapat dikatakan aman, apa saja yang harus dipelajari, dipersiapkan, dan dilakukan? Sebaliknya, jika lebih aman merintis usaha sendiri, sebaiknya apa yang harus kita persiapkan dan lakukan terlebih dulu? Apakah modal sebanyak Rp 20 juta cukup untuk membuka usaha makanan kecil? Dari jumlah modal awal itu, berapa kira-kira uang yang sebaiknya kita putar, dan berapa jumlah uang yang harus disimpan sebagai cadangan modal? 

Memulai suatu usaha selalu dirasakan berat bagi semua orang, apalagi bagi mereka yang belum pernah melakukan atau berbisnis sebelumnya.  Itulah sebabnya banyak orang yang kemudian mengambil jalan pintas dengan membeli franchise, dengan harapan tidak terlalu berat dan menakutkan dibandingkan memulai usaha sendiri. Sebenarnya, terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing usaha ini.

Satu hal pertama yang sering dilupakan oleh banyak pebisnis pemula adalah “membeli franchise” tetap sama dengan apabila kita memulai bisnis sendiri. Banyak orang beranggapan, membeli franchise adalah jaminan bahwa uangnya aman dan bisnis akan tetap berjalan.  Kenyataannya tidak demikian. Banyak yang terjadi, terutama di Indonesia, pada masa-masa euphoria franchise sekitar 3-4 tahun yang lalu, dimana usaha yang di-franchise-kan dahulu kini sudah tidak ada lagi usahanya. Atau, apabila masih ada pun hanya tinggal 1 atau 2 toko saja. Lebih parahnya lagi adalah, ada beberapa usaha yang di-franchise-kan justru kantor pusat alias franchisor-nya yang malah sudah tutup alias gulung tikar. Oleh sebab itu, berhati-hatilah. Itu sebabnya Asosiasi Franchise Indonesia atau AFI menerapkan aturan yang ketat bagi anggotanya.

Yang harus selalu diingat dan diperhatikan pula, stigma membeli franchise lebih aman daripada memulai usaha sendiri dengan cara dan merek sendiri, tidak sepenuhnya benar, khususnya di Indonesia. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, franchise tetaplah merupakan sebuah bisnis atau usaha yang juga memiliki risiko dan harus dilakukan dengan serius dan benar.  

Apabila kita mengacu kepada proses standardisasi franchise di luar negeri, seorang franchisee (pembeli franchise) haruslah melalui proses menunggu atau waiting list, melakukan interview (wawancara) berkali-kali, sampai franchisor-nya yakin, orang tersebut layak untuk mendapatkan franchise yang diinginkan. Belum lagi memperhitungkan lokasi untuk tempat usaha ,yang menjadi salah satu ukuran terpenting suksesnya sebuah franchise.  

Seluruh proses yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang di-franchise-kan sebenarnya harus dilakukan oleh usaha mana pun yang meliputi pemasaran produk, keunggulan produk, lokasi penjualan, dan lain-lain. Hanya saja, banyak dari pebisnis pemula yang tidak mau atau tidak mengerti dalam melakukan persiapan awal sebuah usaha sebelum memulai usahanya itu.  

Akan tetapi, kendati proses ini sudah dijalankan, proses menjalankan sebuah usaha tetap harus dilakukan dan diawasi dengan ketat, layaknya usaha yang dilakukan tanpa franchise. Hal-hal yang diharus tetap dijaga antara lain: kualitas barang dagangan, standar layanan, standar kebersihan (untuk usaha restoran atau usaha lainnya yang memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi), dan lain sebagainya.

Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan dari memilih franchise dibandingkan memulai usaha dengan merek sendiri?

Pertama, yang bisa diharapkan dari sebuah franchise adalah “branding” alias nama besar yang sudah disandang oleh franchisor. Dengan nama besar yang sudah disandang oleh franchisor, diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk ataupun jasa yang diberikan sudah sangat tinggi. Sehingga, dapat dikatakan begitu buka toko sudah ada pembeli yang mengantri untuk masuk dan membeli dagangan Anda. Oleh sebab itu, hindari perusahaan yang di-franchise-kan yang belum mempunyai nama, baik itu nama bisnis atau usahanya, ataupun nama pemiliknya yang sudah dikenal masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com