Kedua, apakah tindakan dilakukan di tempat resmi. Ini berhubungan dengan fasilitas, mencakup kebersihan dan ada tidaknya perawatan sesudah pasien menjalani prosedur itu.
Ketiga, adakah komplikasi dari tindakan, misalnya perforasi (rahim bolong), jalur rahim terluka, atau infeksi yang bisa menyebabkan perlengketan organ genitalia.
Komplikasi ini pada sebagian pasien tidak menimbulkan rasa nyeri, sehingga mereka tak merasa perlu berobat. Kondisi ini tentu akan menyulitkan pasien untuk bisa hamil lagi.
Dr. Frizar pernah menjumpai perempuan yang rahimnya bolong, juga kandung kencing, ureter, dan ususnya bermasalah setelah menjalani tindakan aborsi bukan di rumah sakit. Meski sudah dioperasi, pasien itu akhirnya kehilangan nyawanya.
Karena lebar rahim cuma 5 cm, kalau bukan dikerjakan oleh orang yang ahli dan kompeten, tindakan abortus memang berisiko tinggi. Tidak hanya masalah ketidaksuburan yang menghadang, tapi juga berbagai gangguan pada organ reproduksi, dan yang paling fatal tentunya nyawa jadi taruhannya. (GHS/Esti Setia Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.