Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Make Up Artist Tak Cukup Bermodalkan Pandai Rias

Kompas.com - 21/05/2010, 16:55 WIB

KOMPAS.com - Profesi sebagai penata rias di Indonesia saat ini makin meningkat. Hal ini diakui oleh Wulan Tilaar Widarto, Deputy General Manager Martha Tilaar. "Kalau di zaman ibu saya dulu, mungkin salon hanya ada 2-3 saja. Kalau sekarang, hampir di setiap beberapa meter, Anda bisa menemukan salon," terang putri Dr Martha Tilaar ini. Namun, menurutnya, untuk menjadi seorang penata rias, dibutuhkan lebih dari sekadar bisa menorehkan make up pada wajah seseorang. Ada faktor-faktor lain yang akan menjadikan seseorang bisa menjadi penata rias profesional yang bagus dan diakui.

Usai mengumumkan 6 pemenang Gading Beauty Awards (GBA) 2010 di Mal Kelapa Gading 3, Kamis (20/5/2010), Wulan Tilaar bercerita kepada Kompas Female, bahwa saat ini peminat tata rias makin banyak. Dilihat dari makin banyaknya salon dan peminat program acara ini. Namun, kriteria untuk menjadi seorang penata rias tidak hanya sebatas bisa menggunakan produk-produk make up saja. Sebagai salah seorang juri pada ajang GBA ini, Wulan mengatakan, setiap penata rias harus memiliki passion, "Penata rias harus memiliki passion untuk menata riasan. Mengapa mereka menyukai tata rias, apa artinya tata rias bagi mereka, baru di sana akan terlihat potensi mereka."

Ketika seseorang sudah memiliki passion, maka mereka akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik. Selain itu, originalitas dalam berkarya pun amat penting bagi seorang "seniman" seperti penata rias. Jam terbang untuk melatih diri dan memperbaiki kekurangan diri juga amat penting agar tidak dianggap sama dengan orang lain. Skill dalam mengaplikasikan warna-warna, mengoreksi kekurangan orang yang dirias, juga kemampuan untuk melihat dan tanggap dalam mengaplikasikan tren.

Jika hal teknis sudah mereka miliki, ada hal penting lain yang harus dimiliki seorang penata rias yang disukai, yakni attitude. Seorang penata rias akan berhubungan langsung dengan pelanggan, jika mereka tidak memiliki attitude yang menyenangkan dan sopan, bisa-bisa pelanggannya pun pergi. Selain itu, pengakuan dari pihak lain yang berkompeten juga akan sangat membantu memetakan eksistensi si penata rias.

Dalam kompetisi GBA ini, Wulan bisa melihat kekurangan-kekurangan umum penata rias yang mencoba ikut serta dalam kompetisi ini. "Untuk kategori Junior, biasanya ada kekurangan pada teknik. Untuk kategori ini, mereka diminta untuk melakukan make up cantik untuk pesta. Kekurangannya, biasanya terletak pada pengaplikasian alas bedak, pemasangan bulu mata yang kurang rapi, pembauran warna yang kasar, pewarnaan alis kurang baik dan lainnya," terang Wulan.

Sementara untuk kategori profesional, tingkat kesulitannya dibedakan. Kontestan dinilai pada teknik koreksi make up-nya. Para make up artist yang baru pertama kali melihat model harus bisa memaksimalkan kekurangannya sehingga si model tampak perfect. Dari sana, Wulan melihat, masalah pada kategori ini, umumnya terdapat pada penempatan shading. "Kadang ada model yang sudah cantik, tapi shadingnya nge-block di sisi sehingga terlihat keras. Konsep pun sering kurang bisa mengikuti. Seorang make up artist diharapkan tidak hanya bisa merias, tapi juga harus bisa memikirkan konsep make up yang tepat sesuai permintaan klien, misalnya, desainer atau make up panggung agar bisa mengeluarkan aura si model," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com