Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi dari Para "Perempuan Perkasa" Brebes

Kompas.com - 20/06/2010, 21:23 WIB

Tiga dari empat anak Daryati masih harus melanjutkan pendidikannya. Masing-masing berusia 16 tahun, 12 tahun, dan 9 tahun. Lama-kelamaan, Daryati mulai membuka diri. Seperti halnya Maryani, ia bergabung dalam sebuah perkumpulan para perempuan kepala keluarga yang didampingi oleh Sekretariat Nasional Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Di sana, ia mendapatkan berbagai pelatihan. Sejumlah lembaga pun memberikan perhatian. Yang terakhir diterima, modal yang diberikan oleh Dove Sisterhood. Para perempuan ini tak hanya mendapat bantuan modal. Mereka juga mengikuti pelatihan manajemen usaha. Daryati menjadi salah satu ketua tim. Dari kerja sama tim ini, ia berharap, penghasilan mereka akan terus bertambah. Saat ini, dengan menjadi petani bermodal patungan, ia mengantongi untung sekitar Rp 3 juta sekali panen. Sebagai informasi, dalam setahun, bawang bisa ditanam dan dipanen 3-4 kali.

“Sekarang agak mendingan. Waktu masih kuli, buruh tani, penghasilan cuma dapat 7.000 sehari. Itupun kalau ada yang butuh tenaga, kalau tidak ya tidak dapat uang. Sekarang mendingan ada peningkatan, setelah tanam sendiri.  Dapat 1,5 juta, buat beli sepeda anak 600 ribu, buat beli kambing 600 ribu. Sisanya buat ditabung, nambah modal,” kata Daryati yang baru saja menuntaskan pendidikan Kejar Paket A.

Untuk lahan penanaman, mereka biasanya menyewa pada pemilik lahan. Apa harapan Daryati? “Saya ingin punya lahan sendiri. Doain ya, bisa jadi juragan bawang. Walaupun cuma juragan kecil,” tuturnya sambil tertawa.

Mengorganisasikan diri
Koordinator Usaha Sekretariat Nasional PEKKA, Romlawati mengatakan, dana bantuan modal yang didapatkan akan dimanfaatkan untuk membeli bibit. Kemudian, mereka akan mengelolanya sendiri dalam kelompok dengan modal bersama. Para petani ini juga akan dilatih untuk memahami prosedur dan bisa menjual sendiri bawangnya ke pedagang besar yang rata-rata datang dari luar Brebes.

“Kalau sendiri, mereka kan hanya bisa beli sedikit bibit karena modal terbatas. Dengan bantuan modal dan patungan, diharapkan hasil panen lebih besar, mereka bisa langsung jual ke pedagang besar. Pasti harganya akan lebih baik,” ungkap Romla.

Para petani ini juga sudah mendirikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Hasil panen akan dibagi hasil. Perhitungannya, 20 persen kembali ke kas LKM untuk diputar kembali sebagai modal, dan 80 persen dibagikan kepada seluruh anggota tim. Pada akhir tahun, jika LKM juga mendapatkan laba, para petani ini juga akan merasakan hasilnya. Saat forum pelatihan, ibu-ibu petani ini juga mengungkapkan harapannya, yaitu ingin membeli mobil bak terbuka!

“Biar semuanya belajar nyetir. Jadi bisa langsung bawa ke pedagang besar, enggak perlu nyewa mobil,” kata salah seorang ibu yang disambut tawa rekannya.

Cobaan memang bisa menguatkan. Asal tak hanyut dalam keterpurukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com