Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modifikasi Kain Lurik Digemari Pasar

Kompas.com - 30/07/2010, 18:55 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Modifikasi kain lurik yang menjadi beragam produk seperti pakaian dan aksesori lain semakin digemari masyarakat. Kekhasan corak kain lurik tradisional dan proses pembuatannya yang masih menggunakan tangan mendongkrak harga jual produk turunan kain lurik. Tak hanya pasar dalam negeri, kain lurik mulai merambah pangsa luar negeri.

Manajer Direktur Kerajinan Lawe Fitria Werdiningsih mengungkapkan, permintaan konsumen jelang Lebaran kali ini naik dua kali lipat dibanding hari biasa. Omzet normal bulanan Lawe sekitar Rp 50 juta.

"Kami ingin mengangkat lurik yang selama ini hanya dijual sebagai selendang agar bisa menyentuh generasi muda," kata Fitria ketika ditemui di bengkel kerja Lawe di Bugisan, Bantul, Kamis (29/7).

Sebelum dimodifikasi, kain lurik sering dicap kuno, tidak trendi, dan berwarna gelap. Kini, beragam gerai kerajinan seperti Lawe memberi sentuhan inovasi baru, seperti pewarnaan yang lebih cerah dengan motif beragam. Namun, pembuatannya dipertahankan secara tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin.

Lawe bekerja sama dengan 50 penenun tradisional di Bantul dan 20 penjahit. Beberapa produk yang dihasilkan berupa gantungan kunci, dompet, tas, pakaian, hingga bed cover. Harga produknya Rp 5.000 hingga Rp 1,1 juta. Rentang harga pakaian lurik Rp 200.000-Rp 300.000 per potong.

Kelompok usaha bersama abdi dalem keraton di Kota Gede juga tertarik menggalakkan usaha kecil pembuatan pakaian tradisional dari kain lurik. Mereka memanfaatkan motif kain lurik tradisional yang didominasi warna hitam, cokelat, dan putih.

Menurut salah satu anggota kelompok, Budi Raharjo, tiap orang bisa menyelesaikan dua pakaian lurik per hari. Produknya dijual Rp 120.000 per potong.

Pangsa pasar kain lurik pun terbuka luas. Tak hanya Yogyakarta, kota besar seperti Jakarta dan Bali juga meminati kain lurik.

Menurut Fitria, Lawe juga telah merintis ekspor dengan pengiriman sampel produk ke Belgia dan Australia. Itulah sampel pertama yang pernah dilakukan selama ini.

Tak hanya menggarap kain lurik khas Yogyakarta, Lawe juga menjalin kerja sama dengan beberapa daerah lain untuk memodifikasi kekayaan kain tradisional khas daerah. Kerja sama itu antara lain dirintis dengan Sumba, Bali, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat yang juga memiliki kain tradisional. (WKM)  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com