Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Larang Bantuan Susu Formula

Kompas.com - 02/11/2010, 03:02 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah melarang pemberian susu formula kepada bayi yang berada dalam keadaan darurat di pengungsian akibat letusan Gunung Merapi dan tsunami di Mentawai. Bantuan susu formula dikhawatirkan justru dapat membahayakan kesehatan bayi.

Imbauan itu disampaikan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Jakarta, Senin (1/11), melalui siaran pers. Pemerintah memperketat pengawasan pada sumbangan dan distribusi susu formula kepada keluarga korban bencana.

”Kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi, berikanlah air susu ibu (ASI) saja sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun,” kata Menkes. ”Sejak usia tujuh bulan, bayi dapat diberi makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang disediakan pemerintah untuk korban bencana,” ujar Menkes.

Untuk korban letusan Gunung Merapi, Kementerian Kesehatan sudah menyalurkan berbagai bantuan, antara lain MP-ASI sebanyak 6 ton. Adapun untuk korban tsunami Mentawai sebanyak 10 ton.

Konsumsi ASI pada bayi dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi dan keunggulannya tidak bisa digantikan dengan susu lain karena ASI aman, bersih, dan mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar mengatakan, imbauan Menkes Endang Rahayu sangat baik. ”Dalam kondisi darurat, produk susu bubuk dan susu formula sering dibagikan tidak terkontrol dan digunakan oleh ibu yang masih menyusui bayinya. Ini bisa mengakibatkan sakit dan kematian bayi,” ujarnya.

Memicu diare

Pemberian susu formula mengakibatkan semakin tingginya kejadian diare. Diare terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan gizi.

”Untuk membuat susu formula dibutuhkan air bersih yang dijerang dan botol steril. Padahal, di tempat pengungsian, air bersih sulit didapat. Bayi yang semula mendapatkan ASI kemudian diberi susu formula berisiko tidak toleran susu sapi sehingga diare atau berbagai alergi,” ujar Nia.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Unicef satu bulan setelah gempa Yogyakarta pada 2006, tiga dari empat keluarga dengan anak di bawah usia enam bulan menerima bantuan susu formula. Akibatnya, kasus diare di kalangan bayi di bawah usia enam bulan yang mendapatkan susu formula menjadi dua kali lipat (25,4 persen) dibandingkan bayi-bayi yang tidak mendapat susu formula (11,5 persen).

Pada Jumat (22/10), Menkes menegaskan, Kementerian Kesehatan akan melarang penayangan iklan susu formula untuk anak usia di bawah satu tahun. Langkah ini untuk menekan angka kematian anak yang masih tinggi yang salah satu penyebabnya adalah sangat rendahnya cakupan ASI eksklusif.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ASI bisa menurunkan kematian hingga 17 persen pada kelahiran baru (neonatal) dan 12 persen pada anak berusia di bawah lima tahun. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com