Wah, Febe menjadi bersemangat dan bergairah. Dia mulai mencari dongeng-dongeng yang bisa menjadi contoh bagi Oldrin.
Pada malam kesekian, Febe mampu mengarang sebuah dongeng. Yang terasa menakjubkan, Oldrin begitu terkesan mendengarnya.
”Jadi Kak, kalau anak yang rajin itu hidupnya takkan sengsara? Jadi ada gunanya kalau kita mau membanting tulang seperti yang gembala lakukan?”
”Pasti, Drin!” jawab Febe meyakinkan. Ditangkapnya binar mata Oldrin yang menyiratkan kepuasan hati.
HARI INI adalah hari yang melegakan buat Febe karena Mama boleh pulang. Bersama Papa dan Oldrin, ia menjemput Mama di rumah sakit.
”Wah, Febe pasti senang Mama pulang ya?” tanya Papa sambil melirik Mama. Pasti Mama sudah menceritakan protes Febe dalam menjalankan tugas mendongeng kepada Papa.
”Iya Feb, tugas mendongeng sudah berakhir,” cetus Mama.
”Lho, memangnya Kak Febe enggak akan mendongeng lagi buat Oldrin?” Pertanyaan Oldrin mengagetkan semua, Mama, Papa, dan Febe.
”Kak Febe kan hanya sementara selama Mama di rumah sakit. Nanti Mama dan Papa balik lagi
”Tetapi... Oldrin suka di