Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesta Sinterklas

Kompas.com - 04/12/2010, 13:39 WIB

Dua minggu terakhir bulan November, anak-anak Belanda mulai resah. Mereka tak sabar menunggu kedatangan seorang tokoh istimewa. Sinterklaas. Orang ini juga dikenal sebagai Sint Nicholaas. Dia merupakan santo pelindung anak-anak dan para pelaut.

Pesta Sinterklas diadakan untuk merayakan hari jadinya sebagai santo itu. Konon tokoh Sinterklas itu pula yang mengilhami tokoh Santa Claus di Amerika Serikat dan Father Christmas di Inggris.

Menurut cerita, Sinterklas adalah lelaki tua berperut gendut dengan janggut dan kumis lebat berwarna putih karena umurnya sudah tua sekali. Dia mengenakan jubah merah dan memiliki buku yang berisi nama-nama semua anak di seluruh dunia. Di dalam buku itu juga tercatat semua kenakalan dan kebaikan yang dilakukan anak-anak itu sepanjang tahun. Orang tua yang mencintai anak-anak itu tinggal di istana di Spanyol (sedang Santa Claus tinggal di Kutub Utara dan entahlah, Father Christmas tinggal di mana!).

Sinterklas datang ke Belanda naik kapal api ditemani oleh serombongan pembantunya yang bermuka hitam dan berpakaian cerah menyolok. Semua pembantu itu mempunyai nama yang sama: Zwarte Piet atau Si Piet Hitam. Konon di abad pertengahan Piet Hitam merupakan nama lain untuk setan. Menurut cerita, setelah Sinterklas dapat menaklukkan kejahatan dengan segala perbuatannya yang baik, setan dalam wujud sebagai Piet Hitam lalu tunduk pada Sinterklas dan menjadi pembantunya.

Walaupun sosok Piet Hitam itu bermula dari gagasan mengenai setan, dalam perkembangan selanjutnya sosok itu mendapat konotasi rasial karena ada yang menduga bahwa Piet itu menggambarkan budak yang didatangkan orang Belanda dari Afrika. Namun ada juga kepercayaan bahwa Sinterklas membeli Piet dan membebaskannya dari belenggu perbudakan. Rasa berterima kasih membuat Piet memilih tetap tinggal bersama Sinterklas untuk membantu tugasnya membagikan hadiah kepada anak-anak yang manis.

Anak-anak Belanda masa kini mendengar bahwa wajah Piet menjadi hitam oleh abu dari cerobong asap, karena sesuai cerita, Piet mengantarkan hadiah-hadiah dari Sinterklas melalui perapian di setiap rumah.

Konon, Sinterklas pernah menyelamatkan tiga orang gadis yang hendak dijual sebagai pelacur oleh ayah mereka. Sinterklas lalu melemparkan uang emas ke jendela ketiga gadis itu yang kemudian dipakai membayar utang-utang ayah mereka. Selamatlah ketiga anak gadis itu dari lembah nista pelacuran.

Di abad pertengahan, peran ketiga gadis itu berubah menjadi segala orang miskin sehingga pesta ini kemudian juga dimaksudkan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dengan pemberian uang sekadarnya. Pemberian berupa uang kemudian diubah menjadi hadiah kecil, permen atau coklat berbentuk uang yang diberikan di sepatu setiap anak.

Setibanya di Belanda, Sinterklas menunggang kuda berwarna abu-abu dan Piet Hitam bertugas masuk ke setiap rumah (melalui cerobong asap) untuk mengantarkan hadiah bagi anak-anak yang bertingkahlaku manis.

Anak-anak yang nakal dimasukkannya ke dalam karung untuk dibawa ke Spanyol. Biasanya anak-anak Belanda dan Belgia mengisi sepatu mereka dengan rumput atau wortel (untuk kuda Sinterklas) dan menaruh sepatu-sepatu itu di dekat perapian bersama secawan air minum untuk sang kuda. Sebelum tidur, mereka menyanyikan lagu-lagu khas untuk Sinterklas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com