Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nuansa Oriental ala Biyan

Kompas.com - 13/06/2011, 09:17 WIB

KOMPAS.com - ”The Orient Revisited”. Inilah yang menjadi tema koleksi 2011/2012 karya Biyan, yang ditampilkan dalam peragaan busana di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (9/6/2011) lalu.

”China adalah warisan budaya dunia yang memengaruhi banyak aspek kehidupan. Ketika berbicara oriental, saya selalu merasa bahwa kita juga menjadi bagian dari mereka. Koleksi ini dibuat untuk melihat kembali budaya China yang memang tak pernah hilang,” kata Biyan, beberapa hari sebelum acara peragaan busana digelar.

Meski demikian, Biyan tidak menunjukkan keorientalan secara konvensional seperti yang dia tampilkan dalam koleksi Imlek, termasuk dengan tata panggung yang juga selalu menjadi bagian penting dari acara perancang asal Surabaya ini.

Selain ada alunan lagu berbahasa China yang diputar sebelum acara dimulai, tata panggung dibuat menyerupai gudang penyimpanan, dengan rak-rak panjang berisi koleksi guci. Sekitar 100 guci berukuran besar diberi motif dan warna secara khusus, disesuaikan dengan warna busana yang bernuansa biru dan biru kehijauan, warna khas keramik seladon.

Kesan oriental yang tidak begitu kental juga diperlihatkan pada koleksi busana yang bergaya kasual, formal, hingga yang bernuansa mewah pada gaun malam. Meski demikian, penonton acara tersebut tetap bisa merasakan gaya oriental, salah satunya melalui motif bunga, burung, naga, dan pemandangan. Motif-motif tersebut menjadi ciri Chinoiserie, yaitu karya seni yang merupakan perpaduan antara budaya Barat dan China yang muncul pada pertengahan tahun 1700-an di Eropa.

Pada era tersebut perpaduan gaya Barat dan Timur ini tidak hanya merambah dunia mode busana, tetapi juga desain interior, arsitektur, musik, dan literatur. Saat ini budaya China tak jarang menjadi inspirasi para perancang internasional, seperti yang dilakukan Louis Vuitton dengan mengeluarkan koleksi tas tangan dan kipas musim semi/panas 2011 bertema Chinoiserie.

Motif Chinoiserie pada rancangan Biyan di-print sendiri dengan warna coklat dan biru di atas materi silk crepe, yang kemudian dikreasikan menjadi jaket panjang, gaun bersiluet lurus selutut dengan lengan sepanjang siku, atau blus berlengan lebar.

Selain di-print, beberapa motif, seperti bunga dan burung, juga dibuat dengan cara dibordir. Sementara pengerjaan yang lebih detail terlihat dari motif pemandangan yang dibuat dari rangkaian mute, payet, dan kristal bernuansa emas. Motif ini memenuhi gaun panjang tanpa lengan berwarna dasar hitam.

Dalam beberapa desain, Biyan menggunakan teknik patchwork yang juga menjadi salah satu ciri khas gaya oriental, yaitu dengan menggabungkan empat hingga lima jenis kain. ”Pada zaman dulu, petani China menggabungkan beberapa kain polos hingga menjadi simbol keseharian mereka. Apa pun alasan mereka pada saat itu, apakah kekurangan bahan atau menjadi simbol ritual, itu adalah sesuatu yang sangat menarik hingga menjadi warisan yang lekang. Dan, saya ingin melihat hal itu pada zaman sekarang,” tutur Biyan.

Di samping motif-motif Chinoiserie dan gradasi warna biru, ciri oriental juga diperlihatkan melalui gaun, blus, dan jaket dengan model kerah cheongsam. Namun, lagi-lagi, untuk mengurangi kekentalan gaya orientalnya, kerah ini tak dibuat tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com