Nongkrong di warung kopi identik dengan perilaku orang tua. Zaman dulu sebelum jenis minuman menjadi sangat beragam seperti saat ini, misalnya soda, jus, sari buah, dan susu kocok (milk-shake) yang jadi favorit banyak orang, kopi adalah minuman andalan selain teh.
Orang-orang zaman dulu mengonsumsi kopi untuk menghilangkan rasa kantuk. Kopi juga menjadi suguhan bagi tamu bila ada yang datang berkunjung ke rumah atau sebagai teman di sela-sela rutinitas sehari-hari.
Sepuluh tahun terakhir, saat para produsen semakin cerdas memasarkan produknya, lahirlah kedai kopi modern yang menawarkan kopi dengan kemasan dan tempat yang jauh lebih keren. Namanya bukan lagi warkop, tetapi berganti menjadi
Kedai kopi modern yang umumnya bergaya Barat ini banyak bertebaran di pusat perbelanjaan. Harga yang ditawarkan untuk segelas kopi pun sangat jauh dari harga kopi ala warkop. Di kedai kopi bule, secangkir kopi dihargai Rp 18.000-Rp 30.000 atau lebih.
Meski kedai kopi modern bergaya Barat terus bertambah, kedai kopi yang dikelola pemodal lokal juga terus bertambah. Pengelolanya getol mempromosikan kopi lokal yang diolah menjadi kopi berbagai varian, tidak kalah dari kopi olahan kedai kopi bule.
Salah satunya adalah Jakarta Coffee
Lokasinya memang agak menyempil. Papan namanya tidak terlalu menonjol. Kalau MuDAers enggak awas, agak sulit menemukan JCH di antara toko-toko di sekitarnya.
Namun, kalau sudah ketemu, MuDAers bisa jadi terperangah dengan interior JCH yang keren abis. Interior JCH bernuansa
JCH menawarkan berbagai jenis kopi premium Indonesia, seperti java raung, wamena, toraja, lintong, dan luwak. Kalau suka, MuDAers bisa membeli kopi-kopi tersebut dalam kantong supaya tetap bisa menikmatinya di rumah.