Daripada buah tersebut dibuang sia-sia, Roosi semula mengolahnya menjadi jus. “Sayang, jus segar itu hanya bisa bertahan 2-3 hari. Akhirnya saya cari alternatif lain.” Dari hasil percobaan Roosi, ketemulah selai ini. “Jusnya saya campur dengan gula cair dengan perbandingan 45:55. Lalu dimasak dengan api kecil sampai mengental. Adonan itu terus diaduk sampai mengental seperti jelly. Dari adonan itu, Roosi membuatnya jadi makanan kecil dan selai.
Setelah jadi, selai buah naga dikemas dan dijual di depan rumahnya di Kedawung, Malang. Banyak teman dan tetangga yang penasaran, dan justru menyukainya setelah mencoba.
Sang suami juga membantu memasarkan selai produksi Roosi. “Kebetulan suami kerja di Surabaya. Nah, tiap pulang ia membawa selai dan dijual di sana,” jelas Roosi yang akhirnya memberi label setelah usahanya dinilai mulai berkembang. “Maret lalu kami melabeli dengan nama Maci.” Menurut Roosi selai kreasinya ini selain untuk olesan roti juga cocok untuk saus salad, hiasan kue tart, bahkan diseduh menjadi minuman.
Setiap bulannya Roosi memerlukan 50 kg buah naga. Sekali produksi, ia bisa menghasilkan 200 kemasan selai berisi 50-100 gram dan 1 kg dalam bentuk sachet, cup, dan curah. Harganya juga sangat bersahabat, Rp 500 hingga Rp 5.000 per kemasan. “Yang ukuran sachet, untuk travelling lebih enak dibawa-bawa. Kalau yang cup biasanya untuk selai sehari-hari. Anak-anak sekolah senang membeli yang kemasan mungil,” tambahnya.
(Tabloid Nova/Ade Ryani)
Baca juga: 8 Langkah Membuat Selai Buah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.