Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemilau Mutiara Laut Selatan

Kompas.com - 27/10/2011, 07:53 WIB

Akibat kondisi ini pula, tingkat keberhasilan memanen mutiara berbeda-beda antara satu pengusaha dan yang lain. ”Tingkat keberhasilannya sekitar 20-75 persen. Itu pun tidak semuanya benar-benar berkualitas,” kata Indrawan, Staf Sekretariat Asbumi.

Budidaya mutiara dilakukan sekitar 20 meter di bawah permukaan laut. Setiap minggu, kulit kerang itu dibersihkan, begitu terus-menerus selama 40 bulan. ”Yang paling menyedihkan, ketika masa panen hampir datang, tiba-tiba peternakan kami dijarah para penyelam liar. Itu pernah terjadi,” kata Ratna.

Sebagai pemasok pasar mutiara terbesar di dunia untuk jenis mutiara laut selatan (jenis yang paling indah), nama Indonesia belumlah dikenal. Pasar internasional masih merujuk ke Jepang, Australia, dan negara-negara Eropa sebagai produsen mutiara. Sementara China aktif memasok mutiara fresh water (air tawar), yang merupakan mutiara imitasi, ke pasaran, termasuk ke Indonesia.

”Pembeli di Indonesia harus bisa membedakan mana yang asli dan tidak. Caranya sederhana, geratkan butir mutiara itu ke gigi Anda. Kalau terasa kasat, itu asli. Kalau licin, itu palsu,” ujar Ratna yang menambahkan bahwa di lingkup ASEAN pun pamor kita masih kalah dari Filipina, Malaysia, dan Myanmar.

Persoalan utama adalah minimnya tenaga ahli yang berkualitas. Perusahaan-perusahaan asing di Indonesia pun tidak mau melakukan alih teknologi ataupun alih pengetahuan. Sementara di sekolah-sekolah jurusan kelautan, hampir tidak ada bidang yang mempelajari mutiara.

”Kampanye mutiara Indonesia masih minim dibandingkan dengan negara-negara lain yang tidak punya lautan seluas Indonesia,” kata Yanti Gellwynn, Ketua Festival Mutiara Indonesia.

(Yulia Sapthiani/Myrna Ratna)

* Ingin mengetahui problema ibu bekerja, tips gaya dan menjaga kebugaran, baca Lipsus Working Mom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com