Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Desainer Punya Jiwa "Entrepreneur"

Kompas.com - 06/03/2012, 19:08 WIB

KOMPAS.com - Industri fashion Indonesia membutuhkan talenta muda yang juga siap terjun menjalani bisnis fashion dengan busana siap pakai. Indonesia Fashion Entrepreneur Competition diadakan Sarung Gajah Duduk menjawab tantangan ini dengan mendukung desainer muda bertalenta yang juga siap menjadi entrepreneur fashion. Di ajang mode terbesar, Indonesia Fashion Week 2012, kompetisi ini berhasil mendapatkan empat desainer dan entrepreneur, mereka adalah Shahnaz Soraya yang terpilih sebagai pemenang utama, dan Ilham Mulyadi, Natasha Dame Novita serta Rianti Oktaviany Tantra.

Empat desainer muda dengan berbagai latar belakang ini berhasil membuktikan kreativitasnya dalam mengolah sarung dan kain tradisional menjadi busana siap pakai. Koleksi busana yang mereka rancang bukan sekadar ingin menunjukkan kreativitasnya, tapi juga menunjukkan kejeliannya melihat pangsa pasar dengan menghadirkan busana siap pakai yang unik dan bernilai jual.

Kompetisi ini memang bukan sekadar mencari talenta baru tetapi lebih kepada mendorong generasi muda untuk berkarya merancang busana yang dapat dikenakan siapa saja, memenuhi selera pasar dan tak ketinggalan tren terkini. Desainer yang memiliki semangat entrepreneurship, inilah yang dibutuhkan industri fashion Indonesia untuk bisa berkiprah di pentas mode dalam dan luar negeri.

Shahnaz Soraya
Shahnaz terpilih sebagai pemenang utama dalam kompetisi ini. Koleksi busana dari sarung langka Palembang rancangannya menarik perhatian juri. Namun tak hanya itu, juri juga menilai Shahnaz memenuhi persyaratan untuk menjadi duta ready to wear yang siap berkiprah di bisnis fashion. 

Menggunakan sarung Tajung dari Palembang koleksi ibunya, Shahnaz merancang busana berkonsep arsitektural dengan cutting simpel dan asimetris. Melalui tiga set busana perempuan yang ditampilkannya dalam fashion show di IFW 2012, Shahnaz membawa pesan bahwa sarung yang sudah langka pun dapat diolah menjadi busana siap pakai yang gaya dan bergaya muda. Sarung Palembang, di tangan Shahnaz, selain menjadi aplikasi dalam busana juga bertransformasi menjadi busana atasan dan luaran yang dapat dipadupadankan dengan ragam gaya, termasuk dengan celana panjang berwarna cerah. Kerah tuxedo menjadi ciri khas Shahnaz pada koleksinya kali ini.

"Sarung Tajung makin langka. Saya suka tekstur dari bahan cotton silk pada sarung ini, selain warnanya yang lembut. Bagi masyarakat Palembang, sarung ini biasanya digunakan oleh laki-laki. Saya ingin mengangkat sarung sebagai pakaian modern tidak cuma untuk shalat," jelas perempuan lulusan sekolah mode Esmod, saat berbincang dengan sejumlah media di Jakarta.

Perempuan yang lahir pada 27 Oktober 1988 ini tak hanya kreatif merancang busana perempuan dari sarung, namun juga memiliki pengalaman mengelola label fashion Nez & Anez di The Goods Department Store Jakarta. Sebagai bentuk apresiasi atas kreativitas dan jiwa entrepreneurship-nya, pihak penyelenggara memberikan kesempatan kepada Shahnaz untuk meningkatkan kemampuannya berbisnis busana siap pakai melalui ajang pameran di Hong Kong. Untuk menembus pasar, Shahnaz menetapkan harga koleksi busana bertema Urban Simplicity ini seharga Rp 450.000 hingga Rp 1,5 juta.

Ilham Mulyadi
Ilham berada di posisi kedua teratas yang dinilai layak disebut fashion entrepreneur. Ilham merancang busana siap pakai untuk perempuan yang ingin tampil bergaya unik, chic, dan modern menggnakan kain sutera tenun Makassar.

"Saat merancang busana ini saya berimajinasi tentang perempuan cantik, pintar, sosial tinggi, tampil mewah dan glamor, juga perempuan yang memiliki banyak penolakan dan ingin tampil dengan dirinya serta berani tampil beda," jelas Ilham mendeskripsikan rancangannya yang dibanderol mulai Rp 5 juta.

Ilham adalah satu-satunya pemenang yang tak memiliki latar belakang sekolah mode. Namun pengalamannya bekerja sebagai desainer untuk Ramli, juga rumah mode ternama seperti Danar Hadi, Alleira, dan Ki Artik, telah mengasah kemampuannya merancang busana siap pakai hingga couture. Memahami dunia fashion secara otodidak, Ilham percaya diri dengan keterampilan yang dimilikinya dan diasahnya sejak belia.

"Saya mulai suka dengan dunia fashion sejak usia belasan, saat itu saya hanya ingin melihat ibu saya tampil cantik," ungkap desainer kelahiran 17 Mei 1977 yang memutuskan untuk membuka label fashion secara mandiri Ylamngoa pada 2012 ini.

Natasha Dame Novita
Sementara bagi pemenang ketiga, Natasha Dame Novita, sarung lebih terangkat nilainya ketika diolah menjadi busana siap pakai yang gaya, dipadukan dengan kaos berteknik emboss. Natasha merancang sarung menjadi busana siap pakai berkesan fun, sebagai rok yang dipadukan dengan bahan see-through, juga bolero, serta sarung yang dipakai dengan diikat pada bagian perut, lalu dijadikan semacam popok dengan mengaitkan bagian bawah sarung ke lipatan atas di perut. "Sarung jadi popok, begitu saya menyebutnya," kata perempuan kelahiran 24 November 1986 ini.

Sederhana saja idenya, namun perempuan yang masih mengeyam pendidikan di Lembaga Pendidikan Tata Busana Susan Budihardjo sejak September 2011 lalu ini berhasil membuktikan bagiamana sarung dapat dikreasikan sebagai busana siap pakai yang siap dijual. Untuk koleksinya ini, Natasha membanderol harga maksimal Rp 300.000.

Rianti Oktaviany Tantra
Untuk kali pertama, Rianti mengikuti kompetisi fashion, sama seperti Natasha. Namun perempuan kelahiran 3 Oktober 1992, pemilik label fashion La Tou Li ini membuktikan keahliannya merancang sarung Gajah Duduk menjadi busana multifungsi. Rok yang bisa dijadikan dress, sarung yang dijadikan celana kerut pendek serta atasan yang dapat dikreasikan menjadi berbagai gaya busana.

Rianti baru saja menyelesaikan pendidikan fashion di Lembaga Pendidikan Tata Busana Susan Budihardjo pada Oktober 2011. Pengalaman pertamanya mengikuti kompetisi berbuah manis karena ia berhasil masuk menjadi finalis, bersaing dengan tujuh peserta lainnya untuk kemudian mendapatkan pengakuan sebagai empat desainer favorit yang berhasil menunjukkan kreativitas dan kemampuannya menjadi entrepreneur fashion.

Konsep busana multifungsi menjadi pembeda Rianti. Baginya, setiap orang dapat bermetamorfosis dengan busananya. "Satu busana bisa menjadi delapan gaya," ungkapnya. Bagi Rianti, konsep busana multifungsi dapat menjadi solusi bagi penggemar fashion yang selalu ingin tampil beda, meskipun hanya menggunakan satu busana. Untuk koleksinya ini, Rianti mematok harga Rp 175.000 - Rp 250.000.

Meski tampil dengan beragam gaya busana dan garis rancang yang tak sama, keempat desainer ini sepakat tak mudah mengolah sarung menjadi busana siap pakai. Motif dan ukuran sarung menjadi kesulitan utamanya. Karena ukuran sarung yang terbatas (lebar bahan terbatas untuk setiap motifnya), alhasil hal ini memengaruhi harga jual. Belum lagi jika sarung atau bahan dari kain nusantara tergolong kategori premium, harga jual busana pun akan semakin tinggi. Ketersediaan bahan yang berkualitas, menjadi kebutuhan sekaligus kendala bagi desainer dalam menyediakan busana siap pakai yang lebih terjangkau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com