Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekerja Bukan untuk Mengejar Jabatan

Kompas.com - 17/03/2012, 09:51 WIB

KOMPAS.com - Sukses berkarier pada bidang yang Anda kuasai namun tak sepenuhnya disukai, berada pada posisi tinggi dalam suatu perusahaan, dan berpenghasilan besar dengan status sosial tinggi tak lantas mendatangkan kebahagiaan seutuhnya. Bukan berarti tak puas atau tak bersyukur dengan apa yang dipunya. Namun ada masa ketika seseorang sudah memiliki segalanya, ia justru merasa berada pada satu titik dengan perasaan hampa. Pada titik inilah seseorang tergerak untuk menemukan kebahagiaan sejatinya.

Inilah yang dirasakan Cindy Sally Edina, Pemenang Young Caring Professional Award (YCPA) 2011, ajang pemilihan untuk profesional dan entrepreneur perempuan dari Caring Colors Martha Tilaar. Setelah sukses dalam kariernya di bidang advertising, Cindy memutuskan mengejar kebahagiaannya, menjadi seorang pelukis dan pekerja seni serta mencipta sendiri berbagai peluang kerja menggali sisi seni dalam dirinya.

Bagi Cindy, bekerja untuk sekadar mengejar status tak memberikannya kebahagiaan. "Bekerja tidak harus punya jabatan. Profesi bisa diciptakan sendiri. Saya tujuh tahun bekerja sebagai media marketing manager, namun saya merasa kosong, meski punya uang tapi saya merasa tidak bahagia," ungkapnya kepada Kompas Female di sela kegiatan kelas kecantikan bersama Caring Colors di Jakarta.

Menurut Cindy, tak sedikit orang yang kalau sudah bekerja di suatu tempat, ia terikat dengan status. Jabatan menjadi incaran juga motivasinya dalam bekerja di sebuah perusahaan besar. Ketika berhasil, ia pun kemudian dikenal oleh banyak orang karena nama besar perusahaan tempatnya bekerja, bukan sebagai pribadi.

"Kalau tak lagi bekerja untuk perusahaan itu, lantas siapa kita? Saya lebih ingin dikenal sebagai saya, seorang manusia bukan seseorang yang bekerja di perusahaan tertentu. Siapa saya, apakah saya, apa yang bisa saya wariskan nanti Pertanyaan-pertanyaan ini mengusik saya, dan membuat saya berpikir kembali karena saya merasa kosong meski memiliki kehidupan mewah saat itu," ungkapnya.

Butuh tujuh tahun bagi Cindy untuk memberanikan diri membuat pilihan, menjalani kehidupan baru di luar zona nyamannya. Perempuan kelahiran Jakarta, 28 Oktober 1981 ini kemudian memutuskan berhenti bekerja di usia 26, meninggalkan semua kemewahan yang dimilikinya, status, gaji besar, jabatan tinggi. Ia kemudian meretas jalan baru, menggeluti profesi baru yang memberikannya kebahagiaan mengisi ruang kosong dalam dirinya, menjadi pelukis dan pekerja seni mulai 2010.

"Saya suka menggambar sejak Taman Kanak-Kanak, sejak itu tak ada yang menghentikan saya menggambar. Dulunya saya ingin masuk sekolah seni, tapi tidak diizinkan," tuturnya.

Berani dan yakin
Tak mudah meninggalkan zona nyaman untuk mengejar sesuatu yang belum tampak namun diyakini dapat memberikan kebahagiaan. Cindy mengaku menjalani masa sulit dan menerimanya sebagai konsekuensi atas keputusan ekstrem yang dibuatnya.

"Cara saya memang cenderung ekstrem. Saya langsung berhenti kerja, merantau ke luar negeri mencari tempat yang jauh untuk menghilang sementara menemukan diri sendiri," ungkapnya.

Sebelum fokus menjadi pelukis, Cindy mengatasi masa transisinya dengan mencoba profesi baru konsultan keuangan pada perusahaan asuransi. Waktu kerja yang fleksibel sebagai konsultan keuangan memungkinkan baginya untuk menemukan profesi yang paling diinginkan dalam hidupnya. Setelah 2-3 tahun, Cindy akhirnya meyakini bahwa profesi yang paling tepat untuknya dan mengisi ruang kosong dalam dirinya, adalah menjadi pelukis dan pekerja seni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com