Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menolak Miskin dengan Menabung

Kompas.com - 07/05/2012, 01:43 WIB

Sebelum bank ini berdiri, lanjutnya, sebagian besar pedagang yang selalu kesulitan mendapat pinjaman dari bank konvensional mencari jalan pintas dengan meminjam ke ”bank titil” alias rentenir. ”Namun, bunganya mencekik. Pedagang juga hidup tidak tenang karena kalau tidak punya uang, harus sembunyi menghindari debt collector. Terakhir malah ada pedagang yang minggat,” kata Budi.

Ketika mulai beroperasi, bank tersebut mengumpulkan modal dengan menarik iuran Rp 1.000 per hari dari anggotanya. Dengan begitu, mereka menjadi semacam pemilik saham di Bank Kampoeng Ilmu. Selain itu, pedagang juga wajib menabung setiap hari. Ada yang menabung Rp 10.000 per hari, ada juga yang Rp 50.000 per hari.

Semula iuran wajib dan tabungan itulah yang diandalkan sebagai modal. Setelah beberapa bulan berjalan, mereka mendapat pinjaman sekitar Rp 106 juta dari lembaga sosial yang peduli pada gerakan pedagang buku. Pinjaman tanpa bunga itu sudah lunas tiga minggu lalu.

Saat ini, Bank Kampoeng Ilmu mengumpulkan dana Rp 1 juta-Rp 2,5 juta per hari. Adapun total dana yang terkumpul dari 66 pemegang saham selama satu tahun sekitar Rp 250 juta. Budi berharap dua tahun ke depan total dana bisa mencapai Rp 1 miliar sehingga bisa mengimbangi kebutuhan pedagang. ”Memang ada yang menawarkan pinjaman, tetapi bunganya terlalu tinggi, jadi tidak kami ambil,” ujarnya.

Bunga seikhlasnya

Para pedagang buku itu sepakat Bank Kampoeng Ilmu adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman. Namun, hal ini bukan melulu urusan simpan pinjam guna memperbesar laba bank.

Di bank ini, pemberdayaan pedagang menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, pedagang bisa meminjam uang dengan bunga seikhlasnya. ”Misalnya, pinjam Rp 3 juta, dia mau bayar bunga Rp 5.000, Rp 10.000, terserah saja. Tidak bayar bunga juga tidak apa-apa,” ujarnya.

Syarat peminjaman pun sederhana. Pedagang tinggal bilang kepada petugas, lalu beberapa menit kemudian pinjaman sudah dicairkan.

Mengingat keterbatasan modal, saat ini pinjaman dibatasi maksimal Rp 5 juta. Biasanya, peminjam diberi waktu dua pekan hingga satu bulan untuk melunasi utangnya. Jika mereka tidak mampu membayar tepat waktu, tabungan yang disetorkan setiap hari bisa dipotong untuk melunasi pinjaman.

Kepercayaan dan niat baik menjadi modal dasar beroperasinya bank ini. Oleh karena itu, petugas bank tidak merasa khawatir nasabahnya lari dari tanggung jawab.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com